Thrifting vs Mal: Anak Muda Palembang Terbelah Antara Gaya, Gengsi, dan Kesadaran Sosial

Di antara hiruk pikuk musik K-pop, kopi susu kekinian, dan deretan outfit clean look, ada satu pertempuran gaya hidup yang diam-diam tengah terjadi di Palembang

Tasmalinda
Rabu, 29 Oktober 2025 | 22:24 WIB
Thrifting vs Mal: Anak Muda Palembang Terbelah Antara Gaya, Gengsi, dan Kesadaran Sosial
ilustrasi thrifting gen Z di Palembang. (Pexels/Cottonbro Studio)
Baca 10 detik
  • Tren thrifting di Palembang tumbuh pesat sejak 2022 dan digemari anak muda.

  • Banyak Gen Z memilih berbelanja di mal karena kualitas dan gengsi.

  • Gaya hidup anak muda Palembang kini terbelah antara kepraktisan dan kemewahan.

SuaraSumsel.id - Di antara hiruk pikuk musik K-pop, kopi susu kekinian, dan deretan outfit “clean look”, ada satu pertempuran gaya hidup yang diam-diam tengah terjadi di Palembang yakni thrifting versus belanja di mal. Dua kubu ini mewakili dua cara pandang anak muda terhadap gaya, gengsi, dan keberlanjutan.

Di Lorong Pasar Cinde, Gaya Tak Harus Mahal

Sabtu siang di Pasar Cinde, seorang mahasiswi Universitas Sriwijaya, Dinda (21), tampak sibuk memilah tumpukan jaket denim. Baginya, thrifting bukan sekadar hemat, tapi juga ekspresi diri. Ia bangga saat bisa memadukan jaket bekas impor dengan sepatu lokal hasil kolaborasi desainer Palembang.

Tren thrifting di Palembang makin ramai sejak 2022. Lapak-lapak pakaian bekas di Cinde, KM 5, hingga daerah Demang kini jadi destinasi utama Gen Z berburu barang unik.

Baca Juga:Mitos atau Fakta? 5 Profesi Remeh yang Gajinya Diprediksi Kalahkan ASN di Sumsel pada 2026

Banyak yang menjadikannya konten TikTok dengan tagar #ThriftPalembang, yang videonya bisa tembus ribuan tayangan hanya dalam semalam.

Di Palembang Icon dan OPI Mall, Gengsi Masih Punya Tempat

Namun, tidak semua anak muda setuju. Bagi Nadya (23), karyawan muda di Bumi Sriwijaya, berbelanja di mal bukan sekadar membeli pakaian, tapi soal pengalaman dan kenyamanan.
Merek seperti H&M, Uniqlo, hingga brand lokal 3Second masih menjadi favorit anak muda berpenghasilan tetap. Mereka rela membayar lebih untuk kualitas, citra, dan kebaruan koleksi.
Selain itu, pusat perbelanjaan kini sering jadi tempat nongkrong, bukan sekadar belanja — lengkap dengan kafe, coworking space, dan live music.

Antara Tren Global dan Kearifan Lokal

Fenomena ini sejatinya mencerminkan perubahan gaya hidup Gen Z Palembang yang terbelah antara kepraktisan dan kesadaran sosial. Menurut pengamat gaya hidup Universitas Sriwijaya, Rini Anggraini, generasi muda kini tidak hanya berpakaian untuk gaya, tapi juga untuk nilai.
Di sisi lain, budaya konsumtif tetap kuat. Media sosial menciptakan tekanan untuk selalu tampil up-to-date.
Anak muda Palembang hari ini bisa thrift untuk look vintage, tapi juga nongkrong di mal untuk update story.

Baca Juga:Semarak UMKM Sriwijaya 2025: Sinergi dan Inovasi untuk UMKM Tangguh dan Ekonomi Sumsel Berkelanjutan

Bisnis Lokal Ikut Kecipratan Tren

Tren ini juga melahirkan peluang bisnis baru.
Banyak toko online di Palembang kini menjual paket thrift mix & match lengkap dengan ide styling. Sementara butik modern mulai menawarkan konsep sustainable fashion — menjual baju baru dari bahan daur ulang.

Di Jakabaring, sekelompok pemuda bahkan membuka “Thrift & Coffee Space”, menggabungkan konsep kafe dengan lapak preloved. Pengunjung bisa ngopi sambil cari outfit unik. Ini gaya baru anak Palembang.

Pada akhirnya, baik thrifting maupun belanja di mal adalah dua sisi dari satu koin gaya hidup Gen Z Palembang.
Yang satu merayakan keunikan dan keberlanjutan, yang lain menonjolkan kenyamanan dan gengsi.
Namun keduanya sama-sama berbicara tentang identitas anak muda hari ini — kreatif, adaptif, dan ingin tetap eksis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak