142 Negara Dukung Kemerdekaan Palestina, Netanyahu Justru Klaim Seluruh Tanah

Dalam sebuah voting yang dramatis, mayoritas mutlak negara di dunia secara tegas mendukung resolusi untuk kemerdekaan Palestina, sebuah tamparan keras bagi Israel.

Tasmalinda
Senin, 15 September 2025 | 22:38 WIB
142 Negara Dukung Kemerdekaan Palestina, Netanyahu Justru Klaim Seluruh Tanah
Bendera Palestina berkibar di tengah konflik berkepanjangan (Freepik/ArtisticEyes)
Baca 10 detik
  • Majelis Umum PBB mencatat kemenangan diplomatik besar bagi Palestina setelah 142 negara mendukung resolusi kemerdekaan
  • Voting bersejarah ini terjadi hanya sehari setelah PM Israel Benjamin Netanyahu menolak keras keberadaan negara Palestina
  • Di tengah meningkatnya agresi militer Israel, terungkap pula rencana kontroversial “Gaza Riviera” yang dikhawatirkan menjadi bentuk pembersihan etnis modern.

SuaraSumsel.id - Sebuah kemenangan diplomatik bersejarah bagi Palestina tercipta di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (12/9).

Dalam sebuah voting yang dramatis, mayoritas mutlak negara di dunia secara tegas mendukung resolusi untuk kemerdekaan Palestina, sebuah tamparan keras bagi Israel dan sekutu utamanya, Amerika Serikat.

Hasil voting di Majelis Umum PBB menunjukkan dukungan global yang luar biasa: 142 negara setuju, hanya 10 negara yang menolak (termasuk Israel dan AS), sementara 12 negara lainnya memilih abstain. Keputusan ini disambut dengan tepuk tangan meriah di ruang sidang, menandakan solidaritas dunia yang tak goyah terhadap perjuangan rakyat Palestina.

Momen ini menjadi semakin menohok karena terjadi kurang dari 24 jam setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengeluarkan salah satu pernyataan paling provokatifnya. Dalam sebuah pidato yang membakar amarah, Netanyahu dengan arogan menegaskan bahwa tidak akan pernah ada negara Palestina.

Baca Juga:Viral Taiwan Resmi Larang Indomie Soto Banjar Usai Temukan Kandungan Berbahaya

"Tanah tersebut sepenuhnya milik Israel," klaim Netanyahu, seolah menghapus seluruh sejarah dan hak bangsa Palestina atas tanah air mereka sendiri.

Tidak berhenti pada kata-kata, Netanyahu langsung menindaklanjutinya dengan aksi nyata. Ia menandatangani perjanjian untuk perluasan permukiman ilegal Yahudi di Tepi Barat, sebuah langkah yang secara terang-terangan melanggar hukum internasional. Proyek ini mencakup pembangunan sekitar 3.400 unit rumah baru bagi para pemukim Israel, yang secara efektif terus menggerogoti wilayah Palestina.

Di saat yang sama, terungkap sebuah rencana mengerikan untuk masa depan Gaza. Wilayah yang kini hampir rata dengan tanah akibat bombardir Israel itu direncanakan akan dibangun kembali, bukan untuk rakyat Palestina, melainkan sebagai sebuah proyek properti mewah bernama "Gaza Riviera".

Proyek ambisius ini digarap oleh Israel bersama Amerika Serikat, sementara nasib jutaan penduduk asli Gaza dibiarkan terkatung-katung. Rencananya, mereka akan diungsikan secara paksa ke negara-negara lain, sebuah skenario yang oleh banyak pihak disebut sebagai bentuk pembersihan etnis modern.

Voting di PBB ini juga berlangsung di tengah meningkatnya agresi militer Israel yang semakin semena-mena dalam dua tahun terakhir. Sejak Oktober 2023, Israel tercatat telah melancarkan serangan udara dan darat ke enam negara berbeda: Palestina, Lebanon, Yaman, Suriah, Iran, dan bahkan Qatar.

Baca Juga:'Kok Pak Teddy Terus Dicari?' Viral Canda Prabowo, Sadar Pesonanya Kalah dari Sang 'Ajudan'

Gelombang serangan yang meluas ini, yang selalu didukung atau setidaknya dilindungi oleh veto Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB, telah menempatkan Israel sebagai negara yang paling mengancam stabilitas di Timur Tengah. Dukungan 142 negara di PBB ini menjadi sinyal kuat bahwa kesabaran dunia terhadap arogansi dan kebrutalan Israel kini telah mencapai batasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak