Benarkah Warga Sumsel Minum Susu di 1 Muharram? Ini Makna dan Doa Mujarabnya

Berakar dari ajaran ulama sufi besar asal Makkah, Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, amalan ini menjadi simbol tafaul atau harapan baik di awal tahun.

Tasmalinda
Jum'at, 27 Juni 2025 | 14:23 WIB
Benarkah Warga Sumsel Minum Susu di 1 Muharram? Ini Makna dan Doa Mujarabnya
minum susu saat 1 muharram, tahun baru Islam

SuaraSumsel.id - Memperingati 1 Muharram 1447 Hijriah, suasana religius mulai terasa di berbagai penjuru Sumatera Selatan (Sumsel).

Selain memperbanyak doa dan zikir, sebagian warga kini mulai melestarikan satu tradisi unik yang kian dikenal: meminum susu putih pada awal tahun Hijriah.

Tradisi ini bukan sekadar kebiasaan biasa.

Berakar dari ajaran ulama sufi besar asal Makkah, Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, amalan ini menjadi simbol tafa’ul atau harapan baik di awal tahun.

Baca Juga:Transaksi Tembus Rp51 Miliar, Kartu Tani Digital BRI Dorong Kemajuan Petani Sumsel

Putihnya susu melambangkan niat suci dan optimisme bahwa tahun yang akan dijalani akan penuh berkah dan kebaikan dari Allah SWT.

Di sejumlah majelis pengajian dan komunitas keagamaan di Palembang, Prabumulih, hingga Lubuklinggau, mulai terlihat antusiasme masyarakat menjalankan amalan ini.

Mereka berkumpul, berdoa, lalu bersama-sama meminum segelas susu putih sambil mengucapkan doa keberkahan:

اللهم بارك لنا فيه وزدنا منه

"Ya Allah, berkahilah minuman kami dan tambahkanlah darinya (rezeki) pada kami."

Baca Juga:Liburan Sekolah? Cek Paket Internet Murah IM3 & Tri untuk Warga Sumsel

Menurut Ustaz Syahrul Akbar, pengasuh salah satu majelis taklim di Palembang, tradisi ini mulai dikenal dalam lima tahun terakhir berkat pengaruh media sosial dan ceramah-ceramah para asatidz.

“Banyak jamaah yang merasa lebih semangat menyambut tahun baru Hijriah dengan tradisi ini. Ini bentuk tafa’ul, husnuzan kita pada Allah,” ujarnya.

Makna Lebih Dalam dari Segelas Susu

Tafa’ul sendiri dalam Islam memiliki makna mendalam: harapan dan optimisme atas takdir baik dari Allah SWT. Nabi Muhammad SAW pun menyukai bentuk tafa’ul yang baik, sebagaimana disebut dalam hadis:

"Nabi SAW menyukai optimisme dan membenci prasangka buruk." (HR. Bukhari)

Bukan hanya di Sumsel, tradisi ini juga diamalkan di berbagai wilayah di Indonesia, terutama di lingkungan pesantren dan keluarga besar alumni Timur Tengah.

Namun, dalam konteks lokal, tradisi ini dianggap memperkaya khazanah budaya religius di tengah masyarakat yang sejak dulu dikenal religius dan memegang kuat nilai-nilai spiritual.

Di Prabumulih dan Baturaja, misalnya, ada keluarga yang sengaja menyiapkan susu putih dan mengajak anak-anak minum bersama sambil berdoa. Ada pula yang membagikannya kepada tetangga sebagai simbol berbagi berkah di awal tahun.

“Kami ingin anak-anak tahu bahwa tahun baru Hijriah juga bisa dirayakan, tapi dengan cara yang membawa kebaikan,” ujar Nuraini (37), warga Sekip Ujung, Palembang.

Optimisme dan Spirit Perubahan

Para ulama berpesan, ritual ini bukan semata tradisi simbolik, tapi dorongan agar umat Islam memulai tahun dengan semangat baru, memperbaiki niat, dan berusaha lebih baik dalam amal ibadah dan kehidupan sehari-hari.

Dengan tubuh dan hati yang bersih, diiringi harapan putih seperti susu, diharapkan semua langkah hidup jadi lebih ringan dan penuh berkah.

Minum susu 1 Muharram mungkin belum menjadi tradisi massal di Sumsel.

Namun, semakin banyak masyarakat—khususnya generasi muda dan ibu-ibu majelis taklim—yang mulai menghidupkannya sebagai bagian dari spiritual refresh tahunan.

Ditambah dengan doa yang tulus dan niat yang baik, segelas susu putih di awal Muharram kini menjadi simbol optimisme Sumsel menyongsong tahun yang lebih baik.

Waallahu a’lam bisshawab.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini