Sekolah Negeri di Palembang Makin Ditinggalkan? Ini Potret Memprihatinkan SD Negeri 137

Fenomena sekolah negeri yang sepi peminat kembali menjadi sorotan, terutama di tengah hiruk-pikuk penerimaan siswa baru tahun ajaran 2025/2026.

Tasmalinda
Selasa, 24 Juni 2025 | 15:53 WIB
Sekolah Negeri di Palembang Makin Ditinggalkan? Ini Potret Memprihatinkan SD Negeri 137
Sekolah Dasar negeri di Palembang makin ditinggalkan peminat

SuaraSumsel.id - Fenomena sekolah negeri yang sepi peminat kembali menjadi sorotan, terutama di tengah hiruk-pikuk penerimaan siswa baru tahun ajaran 2025/2026.

Salah satu contoh nyatanya terjadi di SD Negeri 137 Palembang yang berlokasi sangat strategis, tepatnya di Jalan Kapten Cek Syeh No.32 B, 24 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil, Kota Palembang.

Aneh bin ajaib, sekolah negeri yang berada di tengah kota dan sangat dekat dengan pusat pemerintahan, bahkan hanya berjarak ratusan meter dari Kantor Wali Kota Palembang, justru kekurangan siswa baru.

Saat sebagian sekolah dasar lain sibuk melayani daftar ulang dan proses seleksi, suasana di SD Negeri 137 justru kontras.

Baca Juga:Fakta Mengejutkan! Hanya 6 Persen TK di Sumsel yang Dikelola Pemerintah

Sepi.

Hanya ada dua guru yang bertugas di meja penerimaan.

Tidak terlihat antrean orang tua, tidak ada suara ramai anak-anak, bahkan aktivitas administratif pun nyaris tak terasa.

Gedung sekolah yang berdiri di atas lahan seluas hampir 2 hektar itu lebih menyerupai bangunan tua yang terlupakan.

Fasilitas sekolah pun jauh dari kata memadai.

Baca Juga:Sumsel United Mulai Bangun Kekuatan, Resmi Gaet Hapit Ibrahim sebagai Pemain Pertama

Warna cat dinding memudar, plafon bolong, lantai keramik sudah usang, dan kursi-kursi kayu bergaya lawas masih digunakan di ruang kelas.

Bahkan lapangan upacara penuh retakan, dan lemari piala yang dulu menjadi simbol prestasi kini tampak seperti pajangan tua yang diabaikan.

Menariknya, ruang kelas 4-6 yang masih berbahan kayu belum pernah direnovasi karena sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya.

Sayangnya, justru status cagar budaya ini membuat perawatan bangunan terkendala renovasi yang lebih layak.

Masalah lain muncul dari sistem pendaftaran online.

Banyak orang tua calon siswa yang ingin mendaftar mengalami kesulitan karena keterbatasan akses gadget atau internet.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini