Sebagian besar warganet mengungkapkan rasa prihatin sekaligus keheranan atas insiden tersebut.
Kejadian memilukan ini menjadi pengingat nyata bagi kita semua bahwa pernikahan sejatinya harus dilandasi oleh kesepakatan dua insan yang sama-sama saling mencintai, menghormati, dan menyetujui dengan sepenuh hati untuk menjalani kehidupan bersama.
Pernikahan bukanlah ajang pamer status atau pelampiasan ambisi keluarga, melainkan sebuah komitmen suci yang menuntut kesiapan mental, emosional, dan spiritual dari kedua belah pihak.
Ketika salah satu pihak menjalani pernikahan dalam keadaan terpaksa atau di bawah tekanan orang lain, sesungguhnya bukan kebahagiaan yang didapat, melainkan luka batin yang dapat menghancurkan kehidupan mereka di kemudian hari.
Baca Juga:Profil Harry Gale, Bankir Senior yang Jadi Dirut Bank Sumsel Babel
Tidak sedikit pernikahan yang berujung pahit karena sejak awal dibangun tanpa pondasi keikhlasan dan kesiapan jiwa.
Pernikahan bukan hanya tentang satu hari pesta, tapi tentang perjalanan panjang menghadapi suka duka bersama dalam waktu yang tidak sebentar.
Oleh karena itu, masyarakat harus semakin sadar bahwa restu keluarga memang penting, tapi kerelaan dan kesiapan dua orang yang akan menikah jauh lebih utama.
Kejadian ini menjadi refleksi agar kita tidak lagi memaksakan pernikahan atas dasar gengsi atau tekanan sosial semata.
Pernikahan yang dipaksakan hanya akan melahirkan luka, konflik, dan trauma yang bisa menghancurkan masa depan kedua belah pihak. Biarlah pernikahan menjadi awal dari kisah cinta yang tulus, bukan awal dari penderitaan baru.
Baca Juga:Berpengalaman di Bank Mandiri, Harry Gale Bakal Jadi Direktur Utama Bank Sumsel Babel
Bagaimana menurut pendapat kalian? apa yang sebenarnya terjadi di pernikahan yang teramat singkat ini?