Larangan Puasa di Hari Tasyrik, Ternyata Ini Makna dan Pesan Keberkahannya

Setelah gemuruh takbir Iduladha bergema, umat Muslim di seluruh dunia memasuki hari-hari yang dikenal sebagai Hari Tasyrik.

Tasmalinda
Sabtu, 31 Mei 2025 | 23:27 WIB
Larangan Puasa di Hari Tasyrik, Ternyata Ini Makna dan Pesan Keberkahannya
larangan berpuasa di hari tasyrik
  1. Perayaan Kemenangan dan Syukur: Hari Tasyrik adalah bagian dari perayaan Iduladha, yang melambangkan kemenangan Nabi Ibrahim AS dalam menjalankan perintah Allah serta semangat pengorbanan. Puasa di hari raya justru akan mengurangi esensi perayaan dan syukur atas nikmat kurban yang telah Allah anugerahkan.
  2. Hari Makan dan Minum: Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk bersukacita dan menikmati rezeki-Nya. Daging kurban yang dibagikan adalah bentuk karunia Allah yang harus disantap dan disyukuri, bukan ditahan dengan berpuasa. Ini adalah waktu untuk menikmati kebaikan hidup dan berbagi kebahagiaan.
  3. Keringanan dari Allah: Larangan puasa ini juga menunjukkan kemudahan dan keringanan dalam beragama Islam. Setelah beribadah qurban, Allah tidak memberatkan hamba-Nya dengan puasa, melainkan menganjurkan untuk menikmati makanan dan minuman.
  4. Zikir dan Taqarrub: Meski dilarang puasa, Hari Tasyrik adalah momen untuk memperbanyak zikir kepada Allah, terutama takbir tasyrik yang dilantunkan setelah salat fardhu. Ini adalah waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui bentuk ibadah lain selain puasa, yaitu dengan syukur dan mengingat-Nya.
    Makna Lebih Dalam Bagi Umat Muslim

Bagi umat Muslim, Hari Tasyrik adalah pengingat bahwa ibadah tidak melulu tentang menahan diri (puasa), tetapi juga tentang menikmati anugerah Allah dengan penuh rasa syukur.

Ini adalah momen untuk mempererat tali silaturahmi dengan keluarga dan tetangga melalui hidangan kurban, serta merenungkan makna pengorbanan dan ketaatan.

Di hari-hari ini, kebahagiaan harus terpancar melalui hidangan yang lezat, tawa riang, dan zikir yang tak henti.

Maka dari itu, mari kita jadikan Hari Tasyrik sebagai momentum untuk merefleksikan diri, bersyukur atas nikmat yang melimpah, dan mempererat ukhuwah Islamiyah dengan sesama. Bukan dengan menahan lapar dan dahaga, melainkan dengan memanjatkan puji-pujian kepada Sang Pencipta atas segala karunia-Nya.

Baca Juga:Tiga Contoh Khutbah Idul Adha 2025

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini