Di banyak wilayah terpencil di Indonesia, terutama yang dipisahkan oleh aliran sungai besar seperti di Musi Rawas Utara, moda transportasi sungai masih menjadi satu-satunya pilihan bagi masyarakat untuk bepergian, mengantar anak ke sekolah, pergi ke pasar, atau mengakses layanan kesehatan.
Sayangnya, fasilitas ini kerap beroperasi tanpa standar keselamatan yang memadai.

Tidak adanya pelampung sebagai perlengkapan wajib, minimnya pelatihan keselamatan bagi pengemudi dan penumpang, hingga absennya pengawasan dari otoritas terkait, membuat setiap penyeberangan menjadi taruhan nyawa.
Dalam kondisi seperti ini, satu kesalahan kecil seperti kelebihan muatan atau perubahan arus air bisa berakibat fatal.
Baca Juga:Saat Hutan Menyusut, Perajin Rotan Bertahan dengan Bahagia: Perlawanan Sunyi dari Desa
Aktivis keselamatan transportasi lokal, Dedy Saputra, menyoroti betapa pentingnya perhatian serius dari pemerintah.
“Pembangunan jembatan penghubung antar desa harus dipercepat, dan regulasi soal keselamatan harus diterapkan dengan tegas, termasuk kewajiban penyediaan dan penggunaan pelampung dalam setiap perahu yang beroperasi,” kata Dedy.
Ia juga mengingatkan bahwa banyak korban yang jatuh dalam kecelakaan serupa selama ini hanya menjadi bagian dari statistik tahunan, tanpa tindak lanjut konkret yang mencegah kejadian serupa terulang.
“Keselamatan warga harus menjadi prioritas. Jangan sampai korban berikutnya hanya menjadi angka statistik,” tegasnya.
Baca Juga:Baru 3 Bulan Cerai, Wanita Muda di PALI Jadi Korban Nafsu Ayah Kandungnya Sendiri