SuaraSumsel.id - Harapan baru akhirnya muncul guna kembali merevitalisasi Pasar Cinde, ikon perdagangan tradisional Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).
Revitalisasi yang selama ini terbengkalai dan menyisakan luka kolektif bagi para pedagang serta masyarakat Sumsel.
Di tengah keprihatinan dan sorotan tajam atas kasus dugaan korupsi dalam proyek revitalisasi pasar tersebut yang kini kembali diselidiki oleh Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan, Pemerintah provinsi menunjukkan keinginan mengambil alih tanggung jawab.
Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru menyatakan bahwa Pemprov siap menganggarkan dana minimal Rp100 miliar demi menghidupkan kembali denyut ekonomi rakyat yang selama ini terhenti.
Baca Juga:Pembelian Emas di Palembang Dibatasi, Harga Tembus Rekor Rp10,8 Juta per Suku
"Pemprov akan menganggarkan dana minimal Rp100 miliar. Ini akan dilakukan sesegera mungkin. Sekarang sedang menunggu legal opinion," ujar Deru saat ditemui, Selasa (15/4/2024).
Langkah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan untuk mengambil alih revitalisasi Pasar Cinde menjadi angin segar setelah bertahun-tahun dihantui ketidakpastian.
Proyek yang sejak 2017 digagas melalui skema kerja sama pemerintah dan swasta (KPS) itu awalnya menjanjikan wajah baru Pasar Cinde seperti modern.
Namun, harapan itu kandas di tengah jalan.
Bangunan yang semestinya menjadi simbol kebangkitan ekonomi rakyat malah berubah jadi simbol proyek mangkrak, meninggalkan puing-puing fisik dan keresahan sosial.
Baca Juga:Revitalisasi Gagal, Korupsi Pasar Cinde Disidik: Pedagang Terlantar Bertahun-tahun
Para pedagang kecil kehilangan tempat mencari nafkah, sementara masyarakat Palembang kecewa karena salah satu ikon kotanya dibiarkan terbengkalai.
Gubernur Herman Deru pun menegaskan bahwa dalam pembangunan ulang nanti, identitas Pasar Cinde sebagai pasar tradisional tidak akan dihapus atau digantikan.
"Konsep tradisional tetap dipertahankan karena itu lah nilai, di mana ibu-ibu melakukan transaksi di situ. Konsepnya tidak dicampur, apartemen dan lainnya," sambung Herman Deru.
“Identitas tradisionalnya harus tetap dipertahankan. Itu kebanggaan warga, terutama ibu-ibu pelanggan dan pedagang yang tiap hari beraktivitas di sana,” sambung Deru menegaskan.
Dengan pernyataan itu, Pemprov Sumsel bukan hanya ingin membangun kembali fisik pasar, tetapi juga merestorasi kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang selama ini terpinggirkan oleh kegagalan proyek besar di Palembang.
Herman Deru memastikan jika fungsi awal Pasar Cinde harus dikembalikan sebagaimana mestinya, sebagai pasar rakyat yang menjadi nadi perekonomian tradisional Palembang.
Ia menyatakan, bangunan bersejarah tersebut memiliki nilai tak ternilai bagi masyarakat, bukan hanya karena arsitekturnya yang ikonik, tetapi juga karena transaksi kehidupan ekonomi berlangsung setiap harinya di Pasar Cinde.
Kini, dengan rencana pembangunan ulang, proses tinggal menunggu satu tahapan penting: hasil kajian hukum atau legal opinion dari tim hukum kejaksaan.
Kabar ini pun disambut hangat oleh sebagian pedagang yang selama ini menggantungkan harapan mereka pada kejelasan nasib Pasar Cinde.
Banyak dari mereka yang sudah bertahun-tahun bertahan dalam ketidakpastian, tetap berharap bahwa suatu hari nanti pasar tempat mereka mencari nafkah bisa kembali berdiri kokoh seperti sediakala.
Langkah Pemprov dianggap usaha mengembalikan denyut kehidupan ekonomi tradisional di jantung Kota Palembang.
"Secepatnya, jika legal opini keluar besok, besok kita kerjakan," imbuh Herman Deru.
Koordinator Komunitas Save Cinde, Retno Purwanti mengungkapkan jika sejak awal, upaya penolakan pembongkaran dengan tegas disuarakan.
Keputusan untuk merobohkan bangunan bersejarah itu merupakan bentuk pengingkaran terhadap identitas kota dan warisan budaya yang semestinya dijaga, bukan dihancurkan.
![Herman Deru siapkan Rp100 miliar untuk bangun ulang Pasar Cinde [dok]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/15/85680-herman-deru-siapkan-rp100-miliar-untuk-bangun-ulang-pasar-cinde.jpg)
Retno menegaskan bahwa Pasar Cinde bukan sekadar tempat jual beli, melainkan simbol kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Palembang yang telah berdiri sejak era kolonial.
Apalagi, statusnya sebagai cagar budaya sudah ditegaskan melalui Surat Keputusan Wali Kota Palembang, yang seharusnya menjadi landasan hukum kuat untuk melindunginya dari tindakan yang merusak nilai sejarah.
“Kami tidak menolak pembangunan, tapi kami menolak penghilangan sejarah. Pasar Cinde adalah identitas kota ini. Kalau mau direvitalisasi, lakukan dengan cara yang menghormati warisan arsitektur dan fungsinya sebagai pasar rakyat,” ujarnya.
Retno mengungkapkan jika saat ini, yang tertinggal mungkin hanya sekitar 1 persen bangunan asli Pasar Cinde yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya.
"Kan, cuma tinggal 3 tiang di depan itu saja, gak sampai 1% ," ujarnya dihubungi Suara.com, Selasa (15/4/2025).
Retno juga mengungkapkan sempat mengetahui rencana pembangunan pasar Cinde yang akan dilakukan Herman Deru.
Namun saat itu, Herman Deru ingin mengandeng Ridwan Kamil yang lebih dikenal punya gaya arsitektur futuristik.
"Tahun 2022 dulu HD (Herman Deru) memang memanggil Ketua IAI Sumsel, yang notabene juga anggota Save Cinde. Waktu itu diusulkan 3 opsi. Cuma, saya lupa poin-poinnya. Saat itu HD minta Ridwan Kamil untuk menjadi konsultan. Ini yang kami berat, karena RK terkenal sebagai perancang arsitektur futuristik yang cenderung melepaskan aspek Cagar Budaya. Jadi, RK tidak punya gambaran bentuk arsitektur Pasar Cinde," ucap Retno menjelaskan.