SuaraSumsel.id - Kehidupan Sungai sudah menjadi tradisi wong Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Salah satu yang paling populer ialah perahu bidar yang ditampilkan di momen-momen penting, seperti peringati HUT Kemerdekaan RI.
Pada Minggu (20/8/2023), parade perahu hias dan lomba bidar kembali digelar oleh Pemerintah daerah. Pelaksanaannya pun masih dipusatkan di Sungai Musi, serta kawasan Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang.
Jika menilik tradisi bidar Palembang, ternyata pada dahulunya lomba ini lebih ramai disaksikan dari atas Sungai Musi Palembang dengan duduk santau di atas perahunya.
Melansir tulisan pemerhati budaya Palembang, Robby Sunanta, bidar ialah perahu ramping sekaligus panjang yang dipergunakan pendayung untuk adu cepat di Sungai.
Baca Juga:Lengkap! Berikut Nama-Nama Bawaslu Kota dan Kabupaten Se-Sumsel yang Dilantik Hari Ini
Perahu yang terlibat biasanya memiliki panjang sekitar 20 meter dan lebar sekitar 1 meter dengan awak kurang lebih 32 orang atau lebih yang terdiri dari pendayung sekaligus ketua timnya.
Bedanya, jika perahu hias tidak dilengkapi dengan alat musik seperti pada pertandingan perahu naga. Sehingga tugas ketua tim pendayung, hanya memberikan aba-aba terus mendayung sekaligus berteriak kencang memberikan semangat.
Itulah salah satu daya tarik perahu bidar di Palembang, yakni saat pendayung yang bersemangat sekaligus pemimpin yang berteriak menyemangati anggotanya.
"Tentu saja akan seru bila disaksikan dari jarak dekat, dan itulah yang terjadi di masa lalu, lombanya di air maka menontonnya di air pula, bukan di darat," ujarnya.
Foto pada tahun 1933 memperlihatkan sebuah perahu bidar yang sedang meluncur dengan perahu-perahu lain yang lebih pendek dan lebar di sekitarnya.
Baca Juga:Bukan Pejabat Pemkot, Kanwil Kemenkumham Sumsel Dicalonkan PJ Wali Kota Palembang
Warga Palembang duduk di atas perahu-perahu itu dengan mata memandang ke arah perahu bidar yang melintas.
"Mereka pasti terpana melihat betapa kencang bidar itu bisa meluncur di hadapan mereka! Pada foto yang lain nampak warga Palembang duduk dengan santai di atas perahu mereka, sebagian dengan membawa payung yang melindungi dari terik matahari. Perahu-perahu ini berbadan cukup lebar dengan lantai dak yang rapih dan rata sehinggga nyaman untuk diduduki," sambung Robby.
Perahu penonton biasanya disediakan dengan fasilitas yang nyaman. Kapasitas perahu penonton juga cukup lumayan.
"Seperti dalam salah satu foto terdapat 6 orang dewasa dan 3 orang anak-anak dalam satu perahu seperti ini. Dalam foto lain, sebuah perahu terasa sangat lega karena hanya ada satu orang dewasa dengan dua orang anak kecil di atasnya," ujarnya.
"Menonton balap perahu bidar dari atas perahu seperti ini pastilah sangat menyenangkan. Selain bisa melihat dari lebih dekat, duduk di atas perahu yang digoyang oleh ombak kecil Sungai Musi bisa membuat perasaan menjadi tenang, dan akhirnya membuat mata mengantuk, rasanya seperti bayi yang sedang diayun dalam buaian yang tergantung di rumah," sambung Robby.
Tradisi menyaksikan bidar dari atas perahu masih ada sampai hari ini, namun tidak seramai di masa lalu.
Beberapa pemilik perahu di daerah Jakabaring menyatakan bahwa perahu mereka telah disewa untuk menonton bidar pada tanggal 20 dan 21 Agustus besok.
"Semoga makin banyak lagi warga Palembang yang menonton bidar dari atas perahu, selain lebih seru, pemandangannya juga akan lebih semarak, karena Sungai Musi dipenuhi oleh perahu berbagai macam ukuran dan warna. Pasti akan cakep sekali," pungkasnya.