SuaraSumsel.id - Sumatera Selatan (Sumsel) jugaa kaya akan kuliner lainnya selain pempek. Salah satu kuliner yang terkenal lainnya, ialah kuliner pindang.
Di Sumsel terdapat beragam jenis pindang, yang kemudian dinamai sesuai dengan nama daerah. Seperti halnya pindang yang berasal dari daratan Komering yang kemudian dikenal pindang Komering.
Pondok Pindang Umak di Palembang menjadi salah satu yang mempopulerkan pindang Komering nan merupakan resep warisan sang ibu.
Dengan konsep rumah makan keluarga, pondok pindang umak kian mengenalkan pindang komering sebagai makanan dengan segmen keluarga.
Baca Juga:Produsen Kendaraan Tambang Asal Tiongkok Bidik Sumsel
Pondok Pindang Umak yang berada di Jakabaring Palembang tengah ramai-ramainya pembeli saat dikunjungi Suara.com akhir pekan lalu. Pembeli yang datang ialah segmen keluarga mulai dari usia anak-anak, remaja juga orang tua berkumpul menikmati makanan khas Pondok Pindang Umak.
Konsep dengan sensasi berkumpul keluarga ini yang menginisiatifkan Owner Pondok Pinang Umak, Veranika, mengembangkan bisnisnya.
Diceritakan Vera-panggilan Veranika, jika apa yang dijual di Pondok Pindang Umak, ialah resep keluarga. Benar-benar resep yang dimasak sang ibu untuk keluarga. “Keinginan kami, seenak yang kami makan, juga seenak yang dirasakan pembeli. Pindang Umak, punya ciri khas yang merupakan resep warisan ibu,” ujar dia ditemui akhir pekan kemarin.
Vera mengungkapkan mempertahankan kualitas makanannya, seperti halnya makanan yang disajikan oleh sang ibu. Inisiatif namanya pun disematkan bernama Pindang Umak, yakni tidak lain berarti pindang buatan ibu.
“Karena kan di Sumatera ini, apapun masakan ibu bikin kangen. Filosofi ini yang ingin kami tularkan, ini resep asli warisan ibu, yang kemudian menjadi bisnis keluarga. Semua detail masakannya sama seperti apa yang dimasak ibu saat kami-kami masih kecil,” ujarnya.
Baca Juga:Lagi-lagi Karena Jalan Rusak di Sumsel, Seorang Ibu Digendong Melintasi Jalan Berlumpur
Untuk makanan khas Pindang sendiri, memiliki karakter yang kaya bumbu. Cita rasa yang khas, seperti pedas, gurih, asam dan manis menyatu dalam satu kuah yang bisa dinikmati semua usia.
“Kekhasan lainnya yakni pindang tulang yang kami miliki lebih bening, tetapi rasa bumbunya kuat karena bumbunya diiris. Pilihan kuat bumbu ini kami pertahankan, meski beberapa kali harga bumbu-bumbu tersebut mahal, misalnya harga cabai naik. Meski demikian, kami tetap mempertahankan komposisi bumbu yang sama,” terang Vera.
Dia dan keluarga yang terjun ke bisnis ini meyakini konsep, jika makanan tersebut enak, maka pembeli akan datang kembali sekaligus mengenalkan kepada keluarga dan rekanan. “Sedetail apapun bumbu kami jaga, misalnya tempoyak dan bekasem, kami bikin sendiri. Kami pilih durian pilihan, kami yakinkan kualitasnya sama enak, saat mereka makannya. Karena bumbu pilihan itu, maka pembeli akan mengingat di lidah mereka dan akan kembali,” imbuh ia.
Awalnya, bisnis ini bermula dari sebuah rumah makan di jalan lintas Sumatera yang dibuka pada tahun 2006. Karena ingin menargetkan segmen pembeli makanan khas, maka diputuskan buka pondok pindang di kota Palembang.
“Pindang Umak ini buka 1 Februari 2016. Pusatnya di Km 10, lalu sempat di jalan Basuki Rahmat selama 2 tahun. Di kawasan kampus, satu tahun, lalu buka di Demang. Di Demang ini, pembeli membludak sampai waiting list, dan pembeli menunggu. Dengan situasi itu, kami buka cabang di ulu Palembang, di Jakabaring ini,” terang Vera.
Di Pondok Pindang Umak di Jakabaring ini memiliki fasilitas lebih lengkap. Di pondok ini dikelola anak perempuan bernama Farras. Dengan kemampuan manajemen dan ilmu bisnis diajarkan otodidak oleh keluarga, Farras pun kemudian menjadi rekanan bisnis orang tuannya.
- 1
- 2