Cerita Jemaah Muhammadiyah di Palembang Berlebaran Lebih Cepat tapi Tetap Utamakan Toleransi

Jemaah Muhammadiyah di Palembang telah merayakan Idul Fitri lebih cepat dibandingkan dengan penetapan Pemerintah.

Tasmalinda
Jum'at, 21 April 2023 | 14:03 WIB
Cerita Jemaah Muhammadiyah di Palembang Berlebaran Lebih Cepat tapi Tetap Utamakan Toleransi
Jemaah Muhammadiyah melaksanakan salat id di Palembang [Suara.com/Mita Rosnita]

Abu sangat berharap dengan berakhirnya pelaksanaan ibadah puasa di tahun ini, umat Muslim Muhammadiyah dapat memetik nilai kebaikan selama ramadan yang telah berlangsung sebagai bekal awal sebagai manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya dan dapat mengaplikasikan islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin.

Masjid Jami’ 4 Ulu Beri Gambaran Toleransi Umat Beragama di Palembang

Hampir sama dengan perjalanan sejarah masjid tua lainnya di Palembang, Masjid Jami’ 4 Ulu pun memiliki cerita unik tersendiri.

Dikenal sebagai salah satu Masjid Muhammadiyah yang kerap digunakan sebagai pelaksanaan ibadah solat ied di kawasan ulu Palembang, ternyata masjid ini telah berdiri sejak tahun 1890 silam. Dimana berdasarkan penuturan ketua pengurus masjid, Abdurahman Ahmad Sabudin dijelaskan masjid tersebut digadang-gadang sebagai cikal bakal rumah ibadah pertama kali bagi Umat Muslim Muhammadiyah di Palembang pada eranya.

Baca Juga:Jemaah Muhammadiyah di Sumsel Gelar Salat Id, Padati Sejumlah Masjid Dan Lapangan

Di dalam buku karya penulis Belanda bernama John Petter yang membahas mengenai perkembangan islam melayu di Palembang, Abdurahman mengaku banyak membaca sejarah perjalanan pembangunan serta perizinan pelaksanaan ibadah umat muslim di Palembang pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia saat itu.

Pada Bab kedua buku tersebut, penulis banyak membahas mengenai asal mula perizinan ibadah di Masjid Jami’ 4 Ulu tersebut.

Dimana pada awal pendiriannya, masyarakat dan pemerintah Belanda yang berada di Palembang sempat begejolak akibat pembatasan aktivitas masjid yang dinilai bertentangan dengan hak yang seharusnya diterima umat beragama di Indonesia saat itu.

“Saya sempat berkunjung ke kedutaan Belanda beberapa waktu lalu, dan di sana saya mendapatkan referensi sebuah buku yang banyak membahas mengenai perkembangan islam di Palembang dan salah satunya Masjid Jami’ ini pada Bab II nya. Disana, dipaparkan mengenai penerapan ibadah solat Jumat di sini yang sempat terbatas, akibatnya orang-orang terdahulu meminta agar pemerintah Belanda yang ada di sini dapat mengoperasikan masjid ini sebagai sarana ibadah, akrena kalau solat Jumat waktu itu sangat jauh, harus ke kawasan 12 Ulu,” ceritanya

Sayangnya permintaan tersebut justru mendapat penolakan dari pemerintah setempat, yang menyebabkan Umat Muslim Muhammadiyah akhirnya mengajukan banding ke pemerintahan pusat di Jakarta yang saat itu pun masih dalam kekuasaan Belanda. Setelah menunggu dalam waktu yang panjang, akhirnya permintaan itu membuahkan hasil, dimana pemerintah pusat memberikan izin kepada masyarakat agar bisa melakukan ibadah keagamaan di Masjid Jami’ 4 Ulu.

Baca Juga:Kemenag Sumsel Berpesan agar Umat Jaga Ukhuwah Islamiyah Walau Berbeda 1 Syawal 1444 H

Atas keputusan tersebut, hingga kini seluruh kegiatan keagamaan bagi Muslim Muhammadiyah terus berlanjut di masjid yang didominasi yang gaya arsitektur kesultanan Palembang Darussalam itu. Diterangkan lagi oleh Abdurahman, sebagian besar bangunan masjid masih mempertahankan ornamen pada awal pembangunan, seperti empat tiang utama dan plafon masjid yang melambangkan kekuatan dan kesederhanaan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini