Cerita Jemaah Muhammadiyah di Palembang Berlebaran Lebih Cepat tapi Tetap Utamakan Toleransi

Jemaah Muhammadiyah di Palembang telah merayakan Idul Fitri lebih cepat dibandingkan dengan penetapan Pemerintah.

Tasmalinda
Jum'at, 21 April 2023 | 14:03 WIB
Cerita Jemaah Muhammadiyah di Palembang Berlebaran Lebih Cepat tapi Tetap Utamakan Toleransi
Jemaah Muhammadiyah melaksanakan salat id di Palembang [Suara.com/Mita Rosnita]

Sebagai warga Muhammadiyah, Abu mengaku bangga dengan perilaku toleransi yang ada di Palembang hingga sekarang.

“Alhamdulillah di Palembang sampai saat ini tidak ada perselisihan yang besar dan mencolok untuk perbedaan ini, kalau pada wilayah akademis, mungkin diskusi antara pendekatan hisab dengan rukyat itu biasa saja dan memang harus didiskusikan. Tapi kalau sudah sampai pada keputusan, rasanya tidak ada saling gesek-gesekan dan kita lihat sampai tahun ini, tidak ada gangguan dari masing-masing pihak,” katanya saat diwawancarai Suara.com

Bahkan pembatasan tempat ibadah yang sempat terjadi di beberapa daerah di Indonesia, disebutnya belum pernah terjadi di Kota Palembang, dengan demikian dia menilai masyarakat sekitar telah sangat dewasa dalam memahami dan menerima perbedaan yang berdampak pada kerukunan warga,

“Mungkin beberapa waktu ini kita sempat menerima informasi kalau ada Umat Muhammadiyah yang menerima batasan tempat ibadah untuk pelaksanaan solat ied, tapi Alhamdulillah di Palembang, kita yang berbeda akan saling menghargai dan menjunjung toleransi. Ini patut untuk diapresiasi, saya rasa juga warga Palembang sudah cukup dewasa untuk menerima perbedaan ini,” sambungnya.

Baca Juga:Jemaah Muhammadiyah di Sumsel Gelar Salat Id, Padati Sejumlah Masjid Dan Lapangan

Umat Muslim Muhammadiyah juga dianjurkan untuk membatasi aktivitas makan dan minum di tempat-tempat umum sebagai lingkup aktivitas bagi umat islam lain yang masih melakukan ibadah puasa ramadan terakhir di hari ini. Hal itu terus dia sampaikan kepada jamaah solat ied kali ini.

Sejauh ini diketahui ada sebanyak sekitar 15 ribu jiwa warga di Palembang sebagai Muhammadiyah, hal itu tergambar dari perhitungan pelajar yang tergabung pada lembaga pendidikan Muhammadiyah di Palembang baik dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Dengan jumlah tersebut dia sangat menyakini seluruh dapat memahami makna toleransi, khsusunya pada saat perbedaan pelaksanaan hari besar islam.

Dia menilai aka nada banyak sekali pertukaran tradisi dan kebiasaan yang bisa dipelajari dan dibagikan satu sama lainnya, bahkan saat ini tidak sedikit tradisi dan adat Muhammadiyah yang sudah membaur dengan masyarakat, sehingga bagi dia gelar Darussalam memang pantas disematkan bagi Kota Palembang.

Sesuai dengan harapan masyarakatnya yang dapat hidup berdampingan dengan aman, damai dan tentram meskipun berbeda aliran, agama, suku, ras dan kebudayaan.

Berangkat dari situlah kemudian jurnalis suara.com turut bertanya mengenai adanya tradisi Umat Muslim Muhammadiyah yang biasa dilakukan pada saat lebaran tiba, dan kali ini Abu kembali menerangkan bahwa Muslim Muhammadiyah tidak dianjurkan untuk melakukan adat takziah di pemakaman pada hari suci seperti ini, hal tersebut bermaksud sebagai penghormatan akan datangnya bulan baik untuk melakukan silaturahmi kepada sesama manusia terlebih dahulu.

Baca Juga:Kemenag Sumsel Berpesan agar Umat Jaga Ukhuwah Islamiyah Walau Berbeda 1 Syawal 1444 H

“Untuk tradisi hari raya ini tidak ada perbedaan dengan pelaksanaan pada umumnya, sepeti saling mengunjungi, memaafkan dan bahkan umat muslim Muhammadiyah juga turut melaksanakan apa yang dikatakan sebagai Halal bi halal jadi secara umum tidak berbeda. Untuk meluapkan kesenangan sama saja, paling perbedaannya kami warga Muhammadiyah tidak menganjurkan untuk adanya momen ziarah ke pemakaman pada hari ini, silahkan takziah tapi tidak dikhususnya pada saat idul fitri, kalaupun ada yang datang itu tidak menjadi masalah, namun jangan sampai membiasakan diri untuk mengkhususkan takziah ke pemakaman pada hari suci seperti ini,” ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini