“Dari infak dan sedakah tadi. Agar memberi manfaat kepada umat,” ujarnya.
Berdaya dengan Prinsip Transparansi Tata Kelola Infak Umat
Anton menjelaskan pada awalnya masjid Agung hanya mengandalkan infak rutin sebagai sumber utama pendanaan masjid. Kemudian infak itu berkembang menjadi Gerakan infak jema’ah mandiri dengan tujuan menciptakan Jemaah yang mampu mandiri secara financial.
Gerakan tersebut sukses menaikkan infak masjid tiap pekan hingga 200 persen melalui pengelolaan manajemen terukur sehingga masjid memberi kontribusi bagi masyarakat dan kesejahteraan umat.
Baca Juga:Kantor Dinas Pemuda Dan Olahraga Sumsel Terbakar, Sejumlah Berkas Penting Hangus
“Prinsipnya adalah transparansi memberi keyakinan kepada orang yang berinfak bahwa harta yang dia sisihkan bermanfaat dan mengalir pahalanya” ucap Anton.
Anton yang juga menjabat Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra di Sekretariat Daerah Kabupaten OKI ini mengatakan pengelolaan infak masjid Agung Solihin layaknya tatakelola keuangan di birokrasi.
“Ada tahapan perencanaan, pelaksanaan, pelaporan hingga pengendalian berbasis akrual,” terang dia.
Keberhasilan pengelolaan keuangan masjid itu tidak terlepas dari manajemen infak umat yang diatur rapi dan tepat sasaran. Ada kotak infak khusus kemakmurkan masjid, Kotak infak menyantuni anak yatim, infak umrah Jemaah serta infak kemaslahatan umat.
“Jadi seperti perencanaan keuangan daerah ada kode rekening dan kotak infak khusus. Dari situ kita bisa mengumrohkan jema’ah, menyantuni anak yatim bahkan membantu jema’ah dan masyarakat sekitar yang tertimpa musibah,” ujarnya.
Sampai dengan tahun ini jelas H. Anton Masjid Agung Solihin Kayuagung telah menghabiskan dana sekitar 600 juta rupiah untuk menyantuni anak yatim.