SuaraSumsel.id - Orang tua di Sumatera Selatan (Sumsel) masih kebingungan soal larangan penggunaan obat penurun demam yang dikenal dengan merek parasetamol sirup untuk anak-anak. Padahal, pengakuan sebagian besar orang tua tersebut, anak-anak sering diminumkan jenis obat tersebut jika demam sekaligus gejala penyertai.
Lia, ibu dua anak di Palembang menceritakan dia sering dan malah menyimpan obat parasetamol sirup sebagai pilihan saat anaknya diserang demam. Obat penurun demam yang dijual di apotik secara bebas, memang dikenal lebih cepat menurunkan demam.
"Bingung sih, apa-apa yang dilarang. Apa mesti ke dokter untuk selalu konsultasi mengenai obat yang diminum," tanyanya.
Namun kemarin, ia mengungkapkan teman satu sekolahan anaknya masih membeli obat penurun demam tersebut di apotik. Lia mengungkapkan sejumlah orang tua bercerita belum bisa menggantikan obat penurun demam dengan alternatif lainnya.
Baca Juga:Kemenko Muhadjir Effendy: Sumsel 100 Persen Punya Gugus Tugas Revolusi Mental
"Karena kan anak-anak yang sakit, jadi inginnya yang cepat bisa dikonsumsi. Khawatiran pasti ada, namun masih bingung juga," sambung Lia.
Dia menginginkan agar Pemerintah lebih cepat menetapkan obat-obat yang dilarang untuk dikonsumsi, termasuk menarik dari peredarannya.
"Jika di lihat di obrolan group orang tua ini, rata-rata belum mengetahui, mana yang dilarang. Banyak informasi yang beredar, tapi masih belum yakin jika Pemerintah belum resmi mengeluarkan edaran yang disebarluaskan juga sampai di apotik atau toko obat lainnya," imbuh Lia.
Kecemasan yang sama diceritakan Sapta. Bapak satu anak di Lahat ini sampai harus bertanya ke rekanan dokter saat anaknya demam saat ini.
"Sampai harus tanya dokter, saat anak sakit demam tinggi," ujar ia.
Baca Juga:Cuaca Sumsel: Palembang Diguyur Hujan Ringan Sampai Malam Hari
Rata-rata orang tua cenderung panik dan berkeinginan anaknya lekas sembuh. "Karena yang sakit anak-anak, yang cenderung belum bisa mengutarakan gejala sakitnya. Sebagai orang tua, jadi cemas, apalagi jika berada di lokasi yang akses kesehatannya butuh waktu menjangkaunya, misalnya seperti kami di kabupaten," ucapnya.
- 1
- 2