SuaraSumsel.id - Suporter tim sepak bola di Sumatera Selatan (Sumse), yang merupakan bagian dari klub Sriwijaya FC, Sriwijaya Mania menyesalkan tragedi Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur.
Mereka menyesalkan tembakan gas air mata dari aparat kepolisian melerai aksi minor penonton yang menewaskan banyak suporter.
Ketua Sriwjaya Mania (S-Man) Eddy di Palembang mengatakan Sriwijaya Mania menyesalkan keputusan aparat menembakkan gas air mata karena itu tidak diperbolehkan atau dilarang FIFA.
“Meskipun aksi penonton, pada Sabtu (1/10) malam, tidak dapat dibenarkan tapi, di sisi lain aparat (polisi) juga diduga tidak memahami aturan dari FIFA,” katanya.
Baca Juga:Sumsel Gelar Pasar Murah Beras: Dijual Hanya Rp5.000 Per Kilogram
Informasi dari pembahasan seluruh ketua suporter sepak bola Indonesia menyebutkan jatuhnya lebih dari seratus korban jiwa itu diduga karena mereka berdesakan saat hendak keluar dari Stadion Kanjuruhan untuk menghindari gas air mata kemudian kehabisan oksigen.
Larangan itu sebagaimana tercantum dalam FIFA Stadium Safey and Security pada Pasal 19 poin B yang menyatakan sama sekali tidak diperbolehkan menggunakan senjata api atau gas pengendali massa di stadion.
Sriwijaya Mania mendukung adanya langkah investigasi Polri mengusut tuntas peristiwa ini. Apa lagi aturan FIFA tersebut merupakan landasan dasar pelaksanaan pertandingan sepak bola di dunia termasuk Indonesia.
Secara khusus kepada PSSI dan Kemenpora agar dengan cepat dan bijaksana menangani peristiwa ini, sehingga keputusan menghentikan sementara Liga 1 Indonesia yang baru berlangsung sebanyak 11 pertandingan itu terlampau berlarut.
Ketika liga dihentikan akan berdampak besar bukan hanya bagi tim Liga 1 Indonesia, tapi seluruh pihak yang terlibat dalam industri sepak bola.
Baca Juga:Tarif Terbaru Kapal Penyeberangan Sumsel-Babel di Pelabuhan Tanjung Api-Api, Berlaku Oktober 2022
“Semestinya harapan kami Liga bisa tetap berjalan, terkait evaluasi hingga penjatuhan hukuman atau sanksi itu sedianya hanya patut diberikan untuk semua yang terlibat dalam pertandingan di Stadion Kanjuruhan itu saja,” kata dia.
Eddy menyampaikan, terlepas dari itu semua, seluruh keluarga besar Sriwijaya Mania khususnya tim dan ofisial Sriwijaya FC turut berduka cita yang mendalam dan berharap peristiwa kerusuhan ini menjadi yang terakhir di Indonesia.
Laporan kepolisian hingga Minggu siang, diketahui jumlah korban meninggal dunia akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya mencapai 129 orang termasuk dua anggota Polri.
Kericuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) malam. Kekalahan itu diduga menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.
Kericuhan tersebut semakin membesar ketika sejumlah flare dan benda-benda lainnya dilemparkan ke area lapangan. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut.
Petugas pengamanan, kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak masuk ke dalam lapangan dan mengejar pemain. Hingga akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata.
Gas air mata ditembakkan diduga karena para pendukung tim berjuluk Singo Edan yang tidak puas dan turun ke lapangan itu telah melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial. [ANTARA]