Mi Sedap Ditolak Pemerintah Hongkong Karena Kandungan Etilen Oksida, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan

Prof Zullies Ikawati membenarkan jika Etilen Oksida bersifat Karsinogenik menyebabkan kanker.

Tasmalinda
Kamis, 29 September 2022 | 19:28 WIB
Mi Sedap Ditolak Pemerintah Hongkong Karena Kandungan Etilen Oksida, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan
Ilustrasi mi sedap memicu kanker. [pixabay]

SuaraSumsel.id - Produk Indonesia mi instan, Mie Sedaap Rasa Korean Spicy Chicken ditarik peredarannya dari negara Hongkong karena mengandung senyawa Etilen Oksida.

Lalu bagaimana akibatnya bagi kesehatan manusia jika terus mengkonsummsi Etilen Oksida? Badan Pengawas dan Makanan Hongkong (CFS) mengeluarkan ultimatum kepada masyarakatnya agar tidak mengkonsumsi mi instans jenis itu.

CFS sebelumnya telah melakukan tes terhadap Mie Sedaap Rasa Korean Spicy Chicken di supermarket Hongkong Lok Fu. Etilen Oksida ditemukan bumbu, cabai dan mie dari produk Mie Sedaap Rasa Korean Spicy Chicken.

CFS menambahkan bahwa Etilen Oksida termasuk dalam kategori Karsinogen tingkat 1 penyebab kanker. Ahli Farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Zullies Ikawati Apt  memiliki pendapat yang sama dengan CFS di Hongkong.

Baca Juga:Serangan Beruang Ke Pemukiman Warga di Pagar Alam Sumsel Disebut BKSDA Karena Musim Durian

Prof Zullies Ikawati membenarkan jika Etilen Oksida bersifat Karsinogenik memicu penyakit kanker. Efek kanker dari senyawa Etilen Oksida akan berbahaya jika dikonsumsi terlalu sering.

“Bisa mengarah ke Karsinogenik juga, menyebabkan kanker kalau nanti terakumulasi banyak. Dia memang memiliki sifat Karsinogen,” ujar Prof Zullies Ikawati, dikutip terkini.id dari suara.com, Kamis 29 September 2022.

Prof Zullies Ikawati menuturkan bahwa senyawa Etilen Oksida tidak hanya terdapat pada makanan tapi juga bisa dalam bentuk gas yang dihirup manusia.

Mie Sedap Korean Spicy Chicken
Mie Sedap Korean Spicy Chicken

Karena Etilen Oksida memiliki dampak yang mengkhawatirkan jika terakumulasi maka ia menyarankan agar Etilen Oksida sebaiknya hanya dipakai sesekali saja.

“Tujuannya regulasi itu untuk menjaga keamanan, karena ada kemungkinan orang terakumulasi menggunakannya. Kalau dia hanya diminum sekali, makan sekali mungkin tidak akan berefek apa-apa. Tapi kalau orang itu akan menggunakan secara terus-menerus, dipakai terus-menerus, khawatir akan terjadi akumulasi,” tutur Prof Zullies Ikawati melansir terkini.id-jaringan Suara.com, Kamis (29/9/2022).

Baca Juga:Pilu! Sepekan Dua Bayi di Sumsel "Dibuang" Orang Tua Karena Desakan Ekonomi

“Tapi beberapa negara mungkin ada beberapa aturan yang sangat ketat, kalau sudah mengandung ini walaupun sekian mereka sudah akan melarang. Sehingga sebetulnya tinggal switch ke pengawet yang lain, itu bukanlah satu-satunya pengawet,” pungkas Prof Zullies Ikawati.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini