SuaraSumsel.id - Merayakan sekaligus memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia setiap 17 Agustus seperti hari ini, tidak luput dari peran para pahlawan terdahulu. Namun ada juga, sosok-sosok yang tidak banyak diketahui padahal berjasa saat Revolusi Kemeredekaan, terutama detik-detik Kemerdekaan RI, tahun 1945.
Muncul sosok Meilan. Sosok jurnalis yang menyebarluaskan berita kemerdekaan Indonesia di Sumatera Bagian Selatan. Sayangnya tidak banyak catatan sejarah yang menjelaskan mengenai sosok ini.
Namun Sejarawan Sumatera Selatan, Syafrudin mengungkapkan Meilan berperan besar dalam menyiarkan berita kemerdekaan bagi masyarakat Sumatera bagian Selatan.
Proklamasi Soekarno dan Mohammad Hatta yang sudah digaungkan di Pulau Jawa tentu tidak mudah disiarkan secara cepat. Dosen mata kuliah Kajian Revolusi Fisik Sumsel pada Senin, (15/8/22) menjelaskan alasan mengapa nama sejumlah tokoh tampak seolah dihapuskan dari sejarah Sumsel.
Baca Juga:Nekat Jual Alat Kesehatan Tanpa Izin, Pria di Palembang Terancam 15 Tahun Bui
“Nama tokoh-tokoh tersebut pernah dikenang menjadi nama jalan di Palembang, namun tidak berlangsung lama dan kembali diganti seiring bergantinya Presiden. Hal ini karena adanya perbedaan aliran politik dari beberapa tokoh tersebut yang disinyalir menganut ajaran komunisme atau PKI di Sumbagsel,” terangnya.
Meilan merupakan seorang jurnalis surat kabar Jepang untuk wilayah Sumatera Bagian Selatan adalah orang pertama yang mendapat kabar kemerdekaan Republik Indonesia. Kabar ini kemudian disampaikannya ke AK Ghani yang merupakan figur sentral penggerak revolusi kemerdekaan di Sumbagsel.
Menurut Syafrudin, kegigihan Meilan menyebarluaskan berita kemerdekaan membuatnya menjadi seorang pahlawan. Baktinya ditorehkan dengan Pemerintah kala itu memberikan namanya sebagai nama jalan di jantung kota Palembang.
![Ilustrasi Perang Kemerdekaan. [Suara.com/Rohmat]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/08/16/69823-ilustrasi-perang-kemerdekaan-di-ambarawa.jpg)
Nama jalan Meilan merupakan nama jalan yang saat ini bernama TP Rustam Efendi. Jalan Mailan pun menjadi saksi bagaimana perang lima hari lima malam berlangsung di Palembang.
Saat pemerintahan orde baru, nama tersebut diganti menjadi TP Rustam Efendi.
Baca Juga:Rayakan HUT RI, 10.000 Bendera Merah Putih Dibagikan Gratis pada Warga Palembang
“Mailan dinilai beraliran politiknya ke kiri atau komunis, sehingga nama Mailan diganti menjadi TP Rustam Efendi. Rustam Efendi ini merupakan anak dari Pasirah Tanjung Sejaro, termasuk korban dari perang lima hari lima malam yang tertembak,” ujarnya.
Meski tidak mengetahui persis nama tersebut diganti, namun pergantian nama ini dipastikan berlangsung di atas tahun 1966.
“Kalau pasti kapan diganti belum mengetahui. Kapan nama Meilan mulai dihilangkan, lebih tepatnya. Catatan sejarah mengenai dirinya pun hilang. Saya kurang tahu persis, tapi kemungkinan besar di atas tahun 66 ke atas sudah ganti jadi TP Rustam Efendi jalan itu,” jelas Syafrudin.
Ia mengungkapkan jasa yang tidak tercatat ini hendaknya perlu dikenan meski mereka merupakan masyarakat sipil. “Jika kita kilas balik, nama tokoh tersebut memiliki peran penting untuk membantu kemerdekaan Indonesia yang berasal dari non militer atau warga sipil,” tambah dia.
Syafrudin memegang prinsip bahwa sejahat apapun aliran yang mereka pilih, ketika mereka berjasa dalam kemerdekaan Indonesia maka nama mereka seharusnya tetap dikenal. “Sebagai pelajaran bagi anak dan cucu hingga generasi-generasi kita bahwa memang benar adanya tokoh tersebut ikut mengambil peran dalam kemerdekaan kita di Sumatera Bagian Selatan terlepas dari apa aliran politik yang mereka anut,” imbuhnya.
Kontributor: Siti Umnah.