SuaraSumsel.id - Sumatera Selatan atau Sumsel mengalami inflasi yang meningkat di bulan Juni, hingga menyentuh angka 0,89 persen. Kondisi ini terkerek akibat sumbangsih sektor pengeluaran atas makanan terutama komoditas cabai.
Koordinator Fungsi Statistik Distribusi BPS Sumsel, Sukerik mengungkapkan inflasi di Sumsel jika dibandingkan tahun kalender tahun lalu mengalami peninngkatan 4,36 persen. Kondisi ini menjadi warning (peringatan) bagi pemerintah daerah terutama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
"Dibandingkan dengan bulan Mei, inflasi Sumsel mengalami peningkatan. Sejak awal tahun, inflasi terjadi sejakJanuari, hanya pada Februari yang deflasi. Inflasi Juni yang naik mencapai 5 persen menjadi warning awal bagi TPID," ujarnya saat rilis pers BPS, Jumat (16/2022).
Situasi inflasi yang terjadi di kota Palembang menjadi potret bagi situasi di Sumatera Selatan atau Sumsel. "Maka tidak munngkin, jika sampai Desember ini, angka inflasi bisa mencapai dua digit," ujarnya.
Baca Juga:Cegah Kendaraan ODOL Masuk Tol di Sumsel, Polri akan Pasang Alat Ukur Beban
Inflasi Sumsel yang tidak bisa dikendalikan pun dikhawatirkan akan menimbulkan banyak efek. "Bisa jadi juga mempengaruhi daya beli masyarakat, dampak pada peningkatan pengeluaran, hingga mempengaruhi garis kemiskinan, dan tidak menutup kemungkinan kemiskinan Sumsel juga meningkat bisa mencapai angka dua digit," terang Sukerik.
Pada Juni, sektor kelompok penyumbang inflasi di antaranya harga cabai merah, bawang merah, telur ayam tas, cabai rawiyt hingga tomat.
"Andil inflasi disumbang dari kelompok pengeluaran dari makanan, minuman dan komiditas lainnya yang mencapai 2,5 persen. Di bulan Juni, harga cabai naik hingga 63 persen," katanya.
"Mungkin ibu-ibu yang merasakan cabai sangat tinggi di bulan Juni" ujarnya berharap agar di bulan Juli, kenaikan harga cabai sudah bisa terkendali.
Baca Juga:La Nina Tiga Tahun Terakhir Bikin Sumsel Masih Dilanda Hujan Saat Kemarau