Mengulik Kuliner "Bingen" Khas Sumsel yang Beranjak Punah, Kue Gelenak hingga Kue Jando Berias

Makanan bingen Sumsel seperti halnya, kue Gelenak dan Jando Berias seringkali dijadikan lelucon sebab memiliki nama yang unik.

Tasmalinda
Rabu, 06 April 2022 | 17:03 WIB
Mengulik Kuliner "Bingen" Khas Sumsel yang Beranjak Punah, Kue Gelenak hingga Kue Jando Berias
Kuliner bingen Sumatera Selatan, Telok Ukan yang beranjak punah [Suara.com/Melati Putri Arsika]

SuaraSumsel.id - Sumatera Selatan atau Sumsel terkenal dengan makanan khasnya seperti pempek, lenggang, mie celor dan juga tekwan. Makanan tersebut menjadi ikonik bagi Provinsi Sumsel ini. Namun, ketenaran makanan tersebut tidak dialami pada makanan khas Sumsel lainnya.

Ketua Asosiasi Pedagang Kue dan Kuliner (Aspenku), Yus Elisa mengatakan makanan bingen atau tradisional pada tempo dulu di Sumsel beranjak punah.

"Makanan khas Sumsel itu banyak, tidak bisa dipastikan sekitar 100 sampai 200. Untuk Makanan bingen (lama), saat ini mulai jarang didapatkan seperti Gelenak dan Jando Berias," ujarnya kepada Suara.com, Rabu (6/4/2022).

Bunda Rayya sapaan akrab Yus Elisa mengatakan, kue Gelenak dan Jando Berias seringkali dijadikan lelucon sebab memiliki nama yang unik.

Baca Juga:Bahan Bakar Solar Langka di Sumsel: Panen Padi di OKU Timur Terhambat

"Tak banyak anak muda Sumsel tahu dengan Gelenak. Itu makanan asli Palembang bingen," sambungnya.

Kue Gelenak terbuat dari ketan, hampir mirip seperti jajanan wajik atau dodol ketan. Berwarna cokelat kehitaman dan dicetak berbentuk bulat.

Menurut Bunda Rayya, masyarakat 10 Ulu masih memproduksi Gelenak, tetapi mulai jarang ditemukan.

Selain Gelenak, jajanan Telok abang dan Telok Ukan dikatakan Bunda Rayya termasuk makanan yang jarang dikenal anak muda.

Kendati begitu, kedua makanan tersebut masih bisa didapatkan saat peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. "Telok abang dan telok ukan itu masih ada yang jual, tetapi kalau acara 17 Agustus aja," ucapnya.

Baca Juga:LRT Sumsel Operasikan 88 Perjalanan Selama Ramadhan

Kurang terkenalnya telok abang dan telok ukan di kalangan anak muda juga disampaikan duta kuliner terpilih, Aqiyla Rayhan. Menurutnya, kedua makanan tersebut perlu dilestarikan.

"Telok ukan itu biasa disandingkan dengan telok abang yang ada pas bulan Agustus. Makanan itu ditaruh di dalam mainan perahu bidar," jelasnya.

Telok abang merupakan jajanan dari telur ayam yang direbus kemudian cangkangnya diberi warna merah. Sementara telok ukan berasal dari telur bebek yang isiannya dikeluarkan melalui cangkang yang dipecahkan sedikit. Cangkang telur tersebut akan menjadi wadah isian telur ukan.

Setelah isi telur bebek dikeluarkan, kemudian dicampur dengan santan dan garam. Lalu dimasukkan lagi ke dalam cangkang dan ditutup dengan penutup yang terbuat dari gabus seperti tutup jamu, lalu dikukus.

Dari bermacam proses pembuatan makanan khas Sumsel tersebut, kata Qyla sapaan akrab Aqiyla Rayhan, menyimpan makna tersendiri sehingga perlu untuk dilestarikan.

"Misalnya kue lapan jam. Filosofinya itu seperti kehidupan dalam sehari ada 24 jam. Terbagi menjadi 8 jam untuk istirahat, 8 jam untuk ibadah, 8 jam untuk mencari nafkah," paparnya. 
 
"Kue srikaya juga, kue ini pada zaman dahulu ada ketika acara pernikahan. Rasanya manis bermakna karena kata orang dahulu itu buat meninggalkan kesan-kesan manis untuk para tamu," pungkasnya.

Kontributor: Melati Putri Arsika

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini