Kota Palembang

Kota Palembang ialah ibu kota dari Provinsi Sumatera Selatan atau Sumsel.

Tasmalinda
Rabu, 16 Februari 2022 | 06:05 WIB
Kota Palembang
Jembatan Ampera, di Kota Palembang. [Fitria/Suara.com]

SuaraSumsel.id - Mendengar kata Palembang, telah banyak orang yang mengenalnya sebagai nama kota besar. Sebuah kota besar di Pulau Sumatera yang menjadi ibu kota provinsi Sumatera Selatan atau Sumsel.

Kota Palembang menjadi kota terbesar di Pulau Sumatera setelah kota Medan. Melansir dari berbagai sumber, kota Palembang memiliki luas sekitar 400,61 km persegi.

Kota Palembang juga termasuk kota yang terpadat di Pulau Sumatera setelah Medan. Selain itu dengan status kota Metropolitan, Palembang juga menjadi kota terpadat setelah DKI Jakarta, Surabaya, Medan dan kota-kota besar lainnya di Asia Tenggara.

Kota Palembang terletak antara 101-105 bujur Timur dan 1,5-2 derajat lintang Selatan, yang berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir, sedang di bagian Barat, Utara dan Timur berbatas dengan Kabupaten Banyuasin.

Baca Juga:Pelaku Bisnis Pelayaran di Sumsel Keluhkan Kelangkaan Kontainer

Berada pada ketinggian rata-rata 12 meter dari permukaan laut, pasang surut mempengaruhi kota ini, terutama wilayah yang berada di kawasan pinggiran.

Palembang juga pernah menjadi pusat wilayah kerajaan Buddha terbesar di Asia Tenggara, yakni kerajaan Sriwijaya. Hingga sempat berjulukan sebagai "Bumi Sriwijaya".

Berdasarkan prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang dengan tanggal 16 Juni 683 Masehi.

Julukan lain untuk kota Palembang, yakni Vanesia dari Timur,  Venice of the East ("Venesia dari Timur").

Berdasarkan prasasti pada kerajaan Sriwijaya, prasasti Kedudukan Bukit diketahui wilayah Palembang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat itu, oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Palembang.

Baca Juga:Kabur dari Penjara, Joko Jalan Kaki dari Jambi ke Sumsel Selama 3 Bulan

Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam oleh air. Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang yang tergenang oleh air (data Statistik 1990).

Berkemungkinan karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang kota ini menamakan kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan, sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus Melayu).

Sementara, menurut bahasa melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Sehingga kata Palembang, ialah penunjuk jika daerah/wilayah tersebut tergenang air.

Kondisi alam ini bagi nenek moyang orang-orang Palembang menjadi modal mereka untuk memanfaatkannya. Air menjadi sarana transportasi yang sangat vital, ekonomis, efisien dan punya daya jangkau dan punya kecepatan yang tinggi.

Selain kondisi alam, juga letak strategis kota ini yang berada dalam satu jaringan yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan wilayah:

  1. Tanah tinggi Sumatera bagian Barat, yaitu : Pegunungan Bukit Barisan.
  2. Daerah kaki bukit atau piedmont dan pertemuan anak-anak sungai sewaktu memasuki dataran rendah.
  3. Daerah pesisir timur laut.

Fktor setempat yang sangat mementukan pembentukan pola kebudayaan yang bersifat peradaban. 

Faktor setempat ini yang membuat Palembang menjadi ibukota Sriwijaya, yang merupakan kekuatan politik dan ekonomi di zaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kejayaan Sriwijaya diambil oleh Kesultanan Palembang Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani di kawasan Nusantara.

Pada masa kesultanan Palembang, ibu kota provinsi Sumatera Selatan ini menjadi pusat pemerintahan, benteng pertahanan, pusat ibadah, makam raja-raja Palembang, penataan tata ruang kota, dan pembangunan wilayah lainnya seperti klenteng, rumah limas, industri rumah tangga dan industri kecil.

Penduduk asli Kota Palembang ialah orang Melayu Palembang dan menggunakan bahasa Melayu yang telah disesuaikan dengan dialek setempat.

Warga dari luar Kota Palembang juga menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari, seperti bahasa Komering-Lampung, Melayu Rawas, Melayu Musi (Sekayu), Melayu Pasemah, Melayu Lintang, Melayu Ogan, Melayu Lematang dan Melayu Semende. Pendatang dari luar Sumatra Selatan atau bahkan luar pulau Sumatera kadang-kadang juga menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari.

Untuk berkomunikasi dengan warga Palembang lain, penduduk umumnya menggunakan bahasa Melayu Palembang sebagai bahasa pengantar sehari-hari.

Selain penduduk asli, di Palembang terdapat pula warga pendatang dan warga keturunan, seperti dari orang Jawa, Minangkabau, Madura, Bugis, Sunda, Batak dan Banjar.

Warga keturunan yang banyak tinggal di Palembang adalah Tionghoa, Arab dan India. Kota Palembang memiliki beberapa wilayah yang menjadi ciri khas dari suatu komunitas seperti Kampung Kapitan yang merupakan wilayah Komunitas Tionghoa serta Kampung Al Munawwar, Kampung Assegaf, Kampung Al Habsyi, Kuto Batu, 19 Ilir Kampung Jamalullail dan Kampung Alawiyyin Sungai Bayas 10 Ilir yang merupakan wilayah Komunitas Arab.

Kota Palembang memiliki 18 kecamatan dan 107 kelurahan (dari total 236 kecamatan, 386 kelurahan dan 2.853 desa di seluruh Sumatra Selatan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini