Sejak Varian Omicron Muncul, Pasien COVID-19 Bergeser ke Balita

Tren kasus COVID-19 pada anak sudah mulai mengalami perubahan.

Tasmalinda
Sabtu, 12 Februari 2022 | 21:54 WIB
Sejak Varian Omicron Muncul, Pasien COVID-19 Bergeser ke Balita
Pasien terkonfirmasi COVID-19 berjalan memasuki bus sekolah untuk menuju Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran di Puskesmas Menteng, Jakarta, Minggu (20/6/2021). Sejak Varian Omicron muncul, pasien COVID-19 bergeser ke balita [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraSumsel.id - Epidemiolog Universtas Griffith Australia Dicky Budiman mengemukakan tren kasus COVID-19 pada anak sudah mulai mengalami perubahan. Hal ini, sejak munculnya varian baru Omicron di dunia.

“Saat varian Delta masih belum terlalu terlihat dampaknya yang besar sekali. Walaupun ada, tetapi tetap tidak terlalu signifikan. Namun semenjak Omicron, ini kasus atau trennya menjadi berubah,” katanya dalam pesan suara yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu.

Tren kasus COVID-19 kini mulai bergeser mengena pada anak-anak yang berusia di bawah lima tahun (balita).

Pergeseran tren itu terlihat jelas sejak kasus infeksi dan perawatan di rumah sakit meningkat dua sampai empat kali lipat secara global dibandingkan pada saat Delta.

Baca Juga:Panen Padi Gogo, Menko Airlangga Hartanto Ungkap Lampung Bersaing dengan Sumsel Soal Produksi Beras

Pada perawatan di rumah sakit, hampir 20 persen dari total yang dirawat merupakan bayi atau anak di bawah usia satu tahun. Pergeseran itu dapat memberikan dua dampak yang sangat serius di dalam keluarga. Salah satunya adalah daya tular Omicron yang cepat, menyebabkan anak berpeluang terkena infeksi pada saluran pernafasan atas sebanyak 70 persen.

“Dia itu infeksi saluran nafas atasnya 70 kali lebih mudah atau sering terjadi lebih banyak dibandingkan Delta, terutama untuk anak tiga tahun ke bawah atau bahkan mungkin lima tahun ke bawah,” katanya.

Infeksi akan membuat hidung anak mengeluarkan cairan seperti ingus. Di mana cairan itu nantinya dapat membuat anak mengalami penyumbatan saluran pernafasan.

Infeksi juga dapat mempengaruhi psikologis orang tua, terutama bagi orang tua muda atau baru memiliki anak karena akan menimbulkan sebuah kekhawatiran, kebingungan bahkan kepanikan tersendiri.

“Sekarang biasakan untuk lebih isolasi anak-anaknya dan vaksinasi menjadi penting untuk anak di atas enam tahun yang sudah 'eligible'. Termasuk orang dewasa, jangan juga bawa anak-anak ini bepergian karena berisiko sekali,” kata Dicky Budiman.

Baca Juga:Viral Video Konvoi, Bawa Sajam hingga Hina Polisi, Polda Sumsel: Pelakunya Banyak Pelajar

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso melaporkan kasus COVID-19 pada anak mengalami tren peningkatan yang cukup tinggi dalam sebulan terakhir.

"Laporan teman-teman di cabang, pasien anak saat ini dibanding Januari sudah 10 kali lipat lebih banyak. Tren kenaikannya luar biasa," kata Piprim dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (9/2).

Ia mengatakan tren peningkatan kasus COVID-19 pada anak meningkat sejak 24 Januari 2022 sebanyak 646 pasien, 31 Januari 2.775 pasien, dan 7 Februari mencapai 7.190 pasien atau mengalami peningkatan sebesar 300 persen.

Oleh sebab itu, IDAI mengimbau orang tua untuk menyiapkan anak patuh pada prokes, khususnya anak di atas dua tahun pakai masker yang benar, cuci tangan, jauhi kerumunan dan tidak disarankan bawa anak ke pusat keramaian. Termasuk tidak membawa anak pergi ke lingkungan yang memiliki ventilasi tertutup.  (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini