SuaraSumsel.id - Akidi Effect dirasakan lebih positif pada keinginan masyarakat Tionghoa berdonasi. Hal ini dibuktikan semakin banyak donasi yang masuk setelah adanya serah terima bantuan kepada Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Pol Eko Indra Heri, pada 6 Agustus yang lalu.
Ketua Paguyuban Marga Tionghoa Sumsel, Kurmin Halim mengungkapkan donasi tersebut terus bertambah sampai dengan Senin (10/8/2021) mencapai Rp 4 Miliar.
Nilai tersebut bertambah dua kali lipat dibandingkan donasi Rp 2 miliar seperti yang disampaikan pada akhir pekan tersebut.
"Setelah acara tersebut, donasi kian banyak yang masuk, sampai kini (Selasa), sudah lebih Rp 4 Miliar," ujar Kurmin dihubungi, Selasa, (10/8/2021).
Baca Juga:Gubernur Sumsel Belum Pastikan Perpanjangan PPKM Level 4 di Wilayahnya, Kenapa?
Dikatakan Kurmin, bantuan yang disalurkan sebelumnya termasuk gerakan yang cepat. Meski mulanya, kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh komunitas Tionghoa, sudah sering dilakukan.
Inisiasi menyumbang Rp 2 Miliar terkumpul selama dua hari. Mulanya, marga Tionghoa mengumpulkan melalui paguyuban masing-masing.
Lalu, pada Jumat (6/8/2021), dana tersebut hingga Rp 2 Miliar. "Awalnya pun banyak yang tidak mau berkomentar, karena ini kegiatan sosial. Saya pun mengapresiasikan ini, seluruh dana dikumpulkan pada satu rekening seseorang. Rekening ini sudah biasa dijadikan rekening donasi, dia seorang pengusaha juga," ujarnya.
Dengan nilai sudah mencapai Rp 4 miliar ini, diperkirakan sudah ratusan donatur. Nilai donatur juga beragam, dan dikumpulkan dengan simpul yang sudah dikenal terlebih dahulu.
Diakui Kurmin Halim, ia termasuk orang yang sebelum ini memang konsen mengikuti perkembangan COVID 19. Apalagi, beberapa waktu yang lalu, Sumsel pernah mencapai angka 1.200 pasien COVID 19 perhari. Ini yang menjadi perhatian untuk berdonasi.
Baca Juga:PPATK Ungkap Deretan Kejanggalan Kasus Sumbangan Akidi Tio, Kapolda Sumsel Bikin Curiga
"Penyumbang bukan hanya dari Palembang, namun juga dari kabupaten di luar. Mereka bergerak sendiri, atau melalui paguyuban," sambung ia.
Penyerahan bantuan sendiri biasanya dilakukan pada momen tertentu, misalnya momen saat pasien COVID 19 naik, atau seperti momen Akidi Effect.
"Kami hanya berfikir postif saja, akhirnya memang menjadi gerakan yang positif. Misalnya bantuan yang diberikan kian bertambah dan bentuknya bukan uang, melainkan sudah berupa barang yang dibutuhkan bagi penanganan COVID 19, seperti tabung oksigen, obat-obatan, dan tes PCR," terang pengusaha ekspedisi ini.
Dana Rp 2 miliar yang baru terkumpul kini sudah diubah dalam bentuk pembelian tabung oksigen dan obat-obatan medis bagi mereka yang isoman, sekaligus pelayanan kesehatan berupa konsultasi ke dokter.
Kurmin yang hadir pada saat penyerahan bantuan donasi Akidi Tio, 26 Juli lalu sempat berfikir ragu atas sumbangan tersebut. Namun hal tersebut tidak pernah ia utarakan, meski sesama teman menanyakan sosok Akidi Tio.
Sebagai pengusaha yang juga memiliki jangkauan bisnis hingga ke Singapura, ia mengaku akan sulit mengambil dana dalam jumlah yang lumayan besar tersebut.
"Saya ragu, namun saya diam. Saya tidak mau makin memperkeruh suasana, banyak sekali yang tanya kepada saya, tidak saya jawab. Jika teman-teman dekat yang tanya pun, saya ajak bercanda aja, Mukini kale ya," cerita Kurmin.
Ia mengaku sebagai masyarakat dengan marga yang sama, ia merasa kecewa dan marah, namun setiap manusia memiliki kelemahan masing-masing.
"Ada rasa kecewa dan marah, tapi manusia tidak luput dari kesalahan. Mungkin punya alasan sendiri. Jika pun benar-benar hoaks, nampaknya ia melalukan perbuatan yang fatal, karena yang dibohongi ialah jendral bintang dua," sambung Kurmin.
Namun sesama marga Tionghoa, dikatakan Kurmin, ia bersama teman-teman bukan seolah bertanggungjawab atas perihal kasus Akidi Tio.
"Intinya, kita ingin berbuat baik. Jika itu benar, tentu nama keluarganya yang menjadi terhormat dan yang merasakan juga masyarakat Sumsel, tanpa melihat agama dan suku. Namun jika tidak, seharusnya kasus ini tidak boleh terjadi," ujar ia.
Dalam paguyuban, perihal Akidi Tio pun bukan fokus pembicaraan, karena semua paham atas semua perbuatan memiliki dosa dan pahalannya sendiri-sendiri.
"Itu kenapa dari awal, saya tidak mau komentari soal pribadi dan anak-anaknya, karena memang tidak kenal," pungkas Kurmin.