Setelah guru memberi tugas, siswa kesulitan untuk mencerna siswa tunanetra. Misalnya, pelajaran matematika yang dikenal lebih aplikatif akan semakin sulit dikerjakan oleh siswa dengan keterbatasannya.
Diakuinya, putri satu-satunya Sumiati tersebut tergolong semangat untuk mengerjakan tugas jika ada tugas dari gurunya. Hanya saja sebagai ibu rumah tangga dirinya terkadang kerepotan dengan aktivitas rumah sekaligus mendampingi Via menyelesaikan tugas.
![Wakil Kepala Sekolah SLB di Palembang Elmi Tholib [Fitria/Suara.com]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/07/29/67967-wakil-kepala-sekolah-slb-di-palembang-elmi-tholib-fitriasuaracom.jpg)
Menurut wakil kepala sekolah Elmi Tholib, hambatan siswa hanyalah penglihatan sedangkan indera yang lain masih bisa dimanfaatkan optimal.
Meski demikian, dengan system pembelajaran daring, sekolahnya belum siap atas kurikulum tersebut. Misalnya, membahas mengenai hewan mamalia, jika pembelajaran tatap muka bisa dijelaskan dengan menggunakan alat peraga.
Baca Juga:Daya Beli Rendah, Banyak Peternak Ayam di Palembang Bangkrut
“Lalu alat peraga itu diraba oleh siswa, jika daring maka tidak bisa demikian,” ujarnya.
Menurut ia, pada situasi pandemic proses pembelajaran tatap muka masih bisa digelar di sekolah, mengingat dalam satu kelas, jumlah siswa dengan kebutuhan khusus tidak sampai 10 orang.
“Jika pun dilaksanakan di sekolah tatap muka, tetap akan memenuhi jumlah kapasitas sekelas bahkan 50 persennya juga tidak sampai,” ungkapnya.
Hanya saja pihak SLB tetap harus mengikuti peraturan pemerintah guna melaksanakan sekolah daring dari rumah.
“Saat ini kita ingin mencoba melakukan pertemuan tatap muka secara bergiliran dan disesuaikan dengan pengajar jika ada materi yang sulit diterima oleh siswa atau buku bisa dibawa ke rumah,” pungkas ia.
Baca Juga:Pengusaha Aceh Tinggal di Palembang, Akidi Tio Sumbang Rp 2 Triliun Penanganan COVID-19