Konversi hutan jadi perkebunan kelapa sawit, lokasi pertambangan, dan kebakaran hutan ditengarai sebagai penyebab utama terjadinya deforestasi.
Pemerintah juga menargetkan pengurangan sampah hingga 30 persen pada 2025 mendatang. Setidaknya ada 12 proyek pembangkit listrik tenaga sampah yang didukung Pemerintah guna mencapai target itu.
Meski sudah banyak kritik dan masukan dari pemerhati lingkungan soal dampak bahaya dari proses pembakaran sampah, Kementerian Lingkungan Hidup tetap mendorong terealisasinya belasan proyek tersebut.
Media dan jurnalis juga kerap terjebak dalam konsep circular economy yang keliru saat merespons tanggung jawab dari produsen.
Baca Juga:Penusuk Polisi di Palembang Mengaku Teroris, Kapolda Sumsel: Tidak Langsung Dipercaya
"Secara global, sampah yang berhasil ditarik, didaur ulang, dan digunakan kembali tidak lebih dari 10 persen saja. Ujung-ujungnya, industri tetap mengandalkan proses ekstraksi minyak bumi untuk memproduksi lebih banyak sampah, seperti kemasan satu kali pakai," sambung ia.
Pengelolaan dan penanganan sampah ini juga perlu dipandang sebagai upaya menyelamatkan lautan yang saat ini sudah jadi tempat sampah abadi.
Dampak dari tercecernya sampah di daratan yang masuk ke aliran sungai bakal bermuara ke laut dan mengancam ekosistem kehidupan pada wilayah yang dilewatinya.
Menjaga dan ikut merawat Bumi bisa dilakukan dengan berbagai cara, oleh karena itu, SIEJ mengajak seluruh jurnalis di Indonesia untuk tidak bosan dan lelah mengangkat berbagai topik seputar lingkungan hidup dalam praktik kerjanya sehari-hari.
"Hal itu merupakan harapan dan bentuk partisipasi jurnalis yang berpihak pada lingkungan,” pungkas Rochimawati atau akrab dipanggil Ochi.
Baca Juga:Sumsel Pastikan Pembelajaran Tatap Muka Mulai Juli 2021