Aksara Kaganga di Tanduk Kerbau Ditemukan di Marga Empat Suku Negeri Agung

Temuan sejarah ditemukan di marga Empat Suku Negeri Agung, Lahat Sumatera Selatan, salah satunya aksara Kanganga di Tanduk Kerbau

Tasmalinda
Sabtu, 05 Juni 2021 | 10:31 WIB
Aksara Kaganga di Tanduk Kerbau Ditemukan di Marga Empat Suku Negeri Agung
Huruf Kanganga Tanduk Kerbau [Istimewa] Aksara Kaganga di Tanduk Kerbau Ditemukan di Marga Empat Suku Negeri Agung

"Sedang lempengan tembaga masa Kesultanan Palembang belum dapat kami temui karena sang pemilik atau yang menyimpannya belum dapat kami temui," bebernya.

Dengan adanya temuan nisan kuno berukir dan prasasti tanduk kerbau di desa Ulak Pandan Marga Empat Suku Negeri Agung membuktikan bahwa daerah ini di masa lalu telah mempunyai nilai-nilai peradaban yang tinggi karena kedua benda tersebut bernilai budaya tinggi dan tidak banyak ditemukan di setiap daerah bahkan jarang atau tidak ditemukan.

Di masa sebelum kemerdekaan juga di desa Ulak Pandan Marga Empat Suku Negeri Agung merupakan sentra industri seperti pabrik tenun, pabrik tauco dan pabrik batubata dan saat ini juga terdapat destinasi wisata Pelancu yang pernah mendapat penghargaan bergengsi tingkat nasional sebagai Destinasi Unik Terpopuler Anugerah Pariwisata Indonesia tahun 2018.

"Putra-putra terbaik dari Marga Empat Suku Negeri Agung terus berkarya dari masa ke masa dan saat ini putra terbaik dari Marga Empat Suku Negeri Agung yaitu Cik Ujang, SH menjadi Bupati Lahat dan Fitrizal Homidi, ST menjadi Ketua DPRD Lahat," sambung ia.

Baca Juga:Mengaku Teroris, Latar Belakang Pria Misterius Penusuk Polisi Palembang Didalami

Peninggalan budaya dan sejarah tersebut dapat dijadikan destinasi wisata yang akan menarik wisatawan berwisata ke desa yang akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan perekonomian masyarakat desa, pendapatan desa dan pendapatan asli daerah Kabupaten Lahat.

Sejarah Marga Empat Suku Negeri Agung

Sumber daya alam Kabupaten Lahat sangat melimpah, yang tersebar di beberapa kecamatan dan tak pernah habisnya untuk digali atau diulas.

Sumber daya alam yang sangat melimpah ini berupa sumber daya alam pertambangan, pertanian, perkebunan, pariwisata, kehutanan, energi dan lainnya begitu juga Sumber Daya Manusia (SDM) yang sejak masa prasejarah telah mampu berkarya dengan karya-karya yang maha tinggi seperti kemampuan memahat batu, melukis di dinding batu, memahat kayu, menulis di atas bambu dan tanduk hewan.

Peninggalan nenek moyang tersebut masih dapat ditemukan hingga saat ini yang keberadaannya tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Lahat.

Baca Juga:Penusuk Polisi di Palembang Mengaku Teroris, Kapolda Sumsel: Tidak Langsung Dipercaya

Sebelum Pemerintahan kolonial Hindia Belanda masuk ke wilayah Sumatera Selatan dan Kabupaten Lahat, di masa itu sudah mengenal sistim pemerintahan.

Seperti pembagian wilayah berdasarkan marga yang terdiri dari beberapa wilayah dibawahnya yang disebut dusun. Sebuah dusun di pimpin seorang Krio/Krie dan marga dipimpin oleh seorang Pasirah.

Setelah Kesultanan Palembang jatuh ke tangan kekuasaan pemerintahan kolonial Hindia Belanda pada tahun 1825 maka pemerintahan kolonial Hindia Belanda membentuk pemerintahan yang disebut dengan Karesidenan Palembang yang dipimpin oleh seorang Residen berkedudukan di Palembang.

Karesidenan Palembang dibagi menjadi beberapa Afdeling yang masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Residen. Setiap Afdeling terdiri dari Onder Afdeling yang dipimpin oleh seorang Controleur/Kontroler dan setiap Onder Afdeling terdapat marga-marga.

Afdeling Palembang Ulu atau Palembangsche Bovenladen yang beribukota di Lahat membawahi 5 Onder Afdeling yaitu Onder Afdeling Lematang Ulu, Onder Afdeling Lematang Ilir, Onder Afdeling Tanah Pasemah, Onder Afdeling Tebing Tinggi dan Onder Afdeling Musi Ulu.

Onder Afdeling Lematang Ulu terdiri dari beberapa marga, di mana setiap marga dipimpin oleh seorang Pasirah, yaitu Tambelang Gedung Agung, Puntang (Tambelang), Empat Suku Negeri Agung, Manggul, Gumay Lembak, Gumay Talang Ilir, Sikap Dalam Sukalingsing, Penjalang Suka Empayang Kikim, Penjalang Suka Empayang Ilir, Tujuh Pucukan Suku Bunga Mas Saling Ulu, Penjalang Sukapangi, Penjalang Sukalingsing dan Lawang Kulon. (Karesidenan Palembang; Kemas AR Panji)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak