Mulanya, pria setengah baya ini memberikan selembar kain berukuran sapu tangan utuk dibuat sketsa dengan pensil.
"Sketsa tersebut menjadi pola ditorehkan lilin panas dengan canting. Lumrahnya batik yang diproduksi oleh Agus berukuran 2m x 1m berbahan katun. Batik untuk tanjak berukuran 1m x 1m," sambung ia.
Diterangkan Agus, bahan lilin di dapat dari Pulau Jawa, sedangkan semua alat membatik sudah tersedia di Sumatera Selatan.
Dalam proses membantik, terdapat dua metode yang dapat diterapkan yaitu menggambar manual dengan canting atau dicetak namun tetap dengan cara menyelupkan cetakan batik ke lilin panas terlebih dahulu.
Baca Juga:Dipengaruhi Pasar Global, Ini Enam Faktor Pengaruhi Nilai Karet Sumsel
Adapun motif yang terdapat pada batik biasaya berupa bunga-bunga dan tumbuhan lainnya.
![Pengunjung belajar membatik kain [Fitria/Suara.com]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/02/21/78229-pengunjung-belajar-membatik-kain-fitriasuaracom.jpg)
“Lilin itu sebenarnya sebagai penghambat warna. Jika kain putih sudah digambar dengan lilin maka saat pencucian yang ditutupi lilin akan tetap menjadi warna putih,”jelasnya sambil mencontohnya cara menggambar batik dengan lilin panas.
Ia menyebutkan, motif batik asli Palembang sebenarnya banyak, tetapi untuk saat ini dirinya mengadopsi motif yang ada di songket untuk dijadikan batik.
"Untuk yang akan datang akan digali lagi motif asli Palembang salah satunya seperti kerak mutung," sambungnya.
Usai semua pola tertutup lilin, barulah batik bisa masuk tahap pewarnaan atau yang pertama disebut tahap pencoletan.
Baca Juga:Cuaca Ekstrem, BPBD Sumsel Tetapkan Status Siaga Banjir dan Longsor
Sebelumnya batik harus diberikan air fiksasi agar warna yang diinginkan muncul.