Aliansi Dokter Dunia Sebut Covid 19 Hasil Rekayasa, Ini Kebenarannya

Video yang memperlihatkan sejumlah orang yang mengaku dokter ahli, ilmuwan dan dokter ahli menyatakan jika covid 19 ialah hasil karangan viral.

Tasmalinda
Rabu, 28 Oktober 2020 | 09:06 WIB
Aliansi Dokter Dunia Sebut Covid 19 Hasil Rekayasa, Ini Kebenarannya
Ilustrasi tenaga medis (Unsplash)

SuaraSumsel.id - Sejumlah orang yang mengaku kumpulan dokter ahli, ilmuwan, dan aktivis perdamaian di Eropa membuat heboh media sosial. Karena mengeluarkan pernyataan bahwa Covid-19 penuh dengan kebohongan.

Video berdurasi kurang lebih 9 menit tersebut beredar luas lewat aplikasi WhatsApp. Mereka mengaku bagian dari Aliansi Dokter Dunia.

Hasil penyelidikan mereka menyebut Covid-19 penuh dengan kebohongan. Penuh rekayasa dan membuat orang punya rasa takut, kehilangan pekerjaan, dan kehilangan kebebasan.

Hasil penyelidikan mereka juga menyebut bahaya Covid-19 tidak seperti yang disampaikan politisi dan media.

Baca Juga:Harga Karet Sumsel Terus Meroket, Akibat Thailand Sedang La Nina

Mereka menuntut agar kondisi normal baru dan kembali ke normal yang lama tidak digunakan lagi. Tidak ada lagi penggunaan masker, jaga jarak, dan wajib cuci tangan.

“Kami semua mengatakan peristiwa Covid-19 ini tidaklah benar,” ungkap Heiko Schoning yang mengaku dokter medis dari Jerman.

Ada juga pria mengaku dokter Muhammad Adil sebagai ahli bedah. Mengatakan infektivitas virus corona adalah hasil karangan. Tidak berbahaya.

Dilansir dari situs Cekfakta.com – mitra Suara.com, pengumuman pembentukan grup tersebut sudah diunggah ke Youtube, namun dihapus oleh Youtube. Karena melanggar persyaratan layanan Youtube.

Dalam potongan video yang telah tersebar di media sosial, seorang dokter umum bernama Elke De Klerk menyebut bahwa tidak ada pandemi dan Covid-19 merupakan virus flu biasa.

Baca Juga:Ini Daftar UMP 2021, Sumsel Masih Rp 3,08 Juta/Bulan

Faktanya, para ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan berbagai ilmuwan mengatakan, tidak ada bukti ilmiah virus Corona (Covid-19) kini kehilangan potensinya atau tidak mematikan lagi seperti awal penyebarannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini