SuaraSumsel.id - Di tengah budaya meminum kopi sedang menjalar di kalangan anak muda, berbagai kedai kopi tumbuh di kota Palembang, Sumatera Selatan.
Sayangnya, pandemi virus corona atau Covid-19 yang tidak pernah bisa disangka mempengaruhi bisnis ini.
Banyak pemilik kedai akhirnya juga harus mencari siasat agar bisa bertahan dalam situasi ini.
Seperti diutarakan Pemilik Anestic Coffe bernama Lucy Oktavianti.
Baca Juga:Menilik Sekolah Kopi Basemah Pagaralam di Sumsel, Bisa Sambil Ngopi
Ia menyebut di tengah pandemi saat ini kedai kopinya sudah mulai dibuka kembali meskipun pendapatan yang diterima masih belum stabil.
“Ngomongin omzet bisnis kedai kopi saat ini jelas mengalami penurunan drastis, apalagi semenjak pandemi corona. Selain itu, sebagian harga bahan baku melonjak. Omzet paling berkisar 20-30 persen dibanding kondisi normal,” ujar Cici, begitu sapaan akrabnya pada Minggu (4/10/2020).
ia bersama rekan-rekan pengusaha kopi lainnya memilih mengalihkan penjualan secara online, sekaligus memberikan promo produk.
“Rata-rata pengusaha kopi di Kota Palembang bertahan dengan mengandalkan jualan online tersebut. Apalagi, banyak pelanggan yang tidak berani datang ke kedai. Ya, meskipun ada yang datang ke kedai itu untuk take away,” kata perempuan berusia 31 tahun itu.
Ia mengungkapkan upaya itu memang belum maksimal. Akan tetapi, setidaknya dengan cara tersebut akan masih dapat memilki pemasukan terutama menutup biaya operasional.
Baca Juga:Regulasi Uni Eropa Turunkan Residu, Kopi Sumsel Harus Lebih Organik
“Sebenarnya kami pun berat dengan promo di tengah pandemi ini, tapi mau gak mau harus dilakukan walaupun untung tipis. Ya, contohnya ikut promo potongan harga atau ongkir (ongkos kirim) di Go Food dan Grab Food, promo kopi literan atau paket es kopi susu aren bolen bisa mencapai Rp 15.000,” jelas ia.
Hal senada dikatakan pemilik Sangkar Bob Coffe di Kota Palembang yakni Adyos Triwicaksono. Kedainya sudah beberapa bulan ini tidak buka sejak pandemi Covid-19 melanda kotanya.
“Sejak menutup kedai kopinya, otomatis pemasukan anjlok. Tentunya pandemi ini memang berdampak,” ungkap pemuda berusia 26 tahun ini.
Di tengah pandemi ini akhirnya ia memutar otak untuk berjualan kopi secara online.
“Makanya saat itu saya mulai melakukan penjualan secara online dengan harapan tetap ada pemasukan. Kami berharap semoga pandemi ini cepat berlalu,” harap ia.
Kontributor : Rio Adi Pratama