SuaraSumsel.id - Keterbatasan fisik tidak menjadi hambatan bagi sebagian orang untuk menggapai mimpi mereka. Tidak jarang, justru orang-orang dengan mental baja bisa menggapai impiannya meski di tengah keterbatasan.
Mereka juga memiliki hak yang sama dengan semua orang, termasuk hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Namun, terjadi pada salah seorang siswa SMPN 2 Tamanan, saat dia sedang bersemangat menjalani mimpinya untuk belajar di sekolah. Ia justru diminta untuk berhenti bersekolah akibat keterbatasan fisik yang ia miliki.
Melansir dari Padangkita.com bersumber dari Sriwijayapost, siswa yang bernama Muhammad Hendra Afrianto itu diminta untuk mengundurkan diri dari sekolah dengan alasan cacat fisik saat ia mendatangi sekolah bersama kedua orangtuanya.
Kronologi berawal saat ia pada awalnya dinyatakan diterima di SMPN 2 Tamanan Bondowoso. Tidak hanya Hendra, kedua orangnya senang bukan kepalang mengetahui putranya diterima di sekolah tersebut. Namun kebahagiaan mereka mendadak sirna setelah pihak sekolah menyatakan ragu untuk menerima Hendra.
Baca Juga:Bawaslu Sulawesi Selatan Temukan Fakta 14.380 Pemilih Pemula Tak Terdaftar
Alasannya, pihak sekolah mengatakan Hendra tak bisa menulis karena tangannya tidak normal. Padahal, meski "berbeda", Hendra memiliki kemampuan selayaknya pelajar pada umumnya. Hendra memang kesulitan menulis, meski begitu, kemampuan belajarnya tak kalah dari pelajar kebanyakan. Saat di sekolah sebelumnya ia bahkan langganan mendapatkan nilai yang memuaskan.
Mengetahui jawaban sekolah, betapa hancur dan sedih hati keluarganya saat itu. Hendra bahkan langsung mennagis tanpa mengatakan sepatah katapun. I
Sontak hati anak mana yang tak sedih mendengar penuturan tersebut, termasuk Hendra yang langsung menangis. a yang baru saja lulus dari SDN Sumber Kemuning 2, dan merupakan Warga asal Desa Sumber Kemuning, Kecamatan Tamanan, Bondowoso harus mengubur mimpinya untuk bersekolah.
Sang ayah, Suyadi menuturkan, awalnya Hendra memang tak mau sekolah. Namun, salah seorang guru SD nya menganjurkan Hendra untuk melanjutkan studi di SMPN 2 Tamanan karena kemampuan belajarnya yang lain.
Saat bersekolah, seperti pelajar lain, ia juga mengikuti kelas secara daring. Namun, ketika dirinya dipanggil beserta orang tua untuk menyerahkan tugas daring, ia seringkali mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan.
Baca Juga:Gunung Sinabung Erupsi, Catat Rekor Kolom Abu Tertinggi Dalam Sepekan
Selama ini, tutur Suryadi, Hendra hanya bisa menjawab soal yang bersifat pilihan ganda. Saat mengerjakan soal berbentuk essay ia akan meminta ibunya, Asiati untuk menuliskan jawaban namun berdasarkan pemahaman dari Hendra.
Alasan lain dari pihak sekolah terpaksa meminta Hendra mundur dari sekolah ialah karena tidak memiliki guru khusus untuk mengajar siswa penyandang disabilitas. Mereka khawatir jika Hendra tidak mendapatkan pendidikan yang selayaknya.
Adanya kabar seorang siswa yang diminta mundur karena kekurangannya ini sempat ramai diperbincangan di dunia maya. Setelah viral, pihak sekolah kemudian meminta Hendra untuk kembali melanjutkan studi di sekolah tersebut.
Dua guru dari sekolah terkait bahkan datang dan meminta maaf dan menyatakan jika apa yang terjadi sebelumnya hanya kesalahpahaman.
Meski begitu, orang tuanya mengaku ragu untuk kembali menyekolahkan anaknya di SMPN 2 Tamanan usai mendapatkan perlakuan itu. Mereka menyerahkan keputusan pada Hendra demi kebahagiaan dan kenyamanannya.