Tasmalinda
Rabu, 05 November 2025 | 21:21 WIB
Ilustrasi penyekapan ana di gudang masjid. (Freepik)
Baca 10 detik
  • Bocah 10 tahun di Palembang dikurung di gudang masjid oleh teman sebayanya.

  • Pelaku memperdaya korban dengan iming-iming permen sebelum mengunci pintu.

  • Warga panik setelah mendengar tangisan korban dari dalam gudang masjid.

SuaraSumsel.id - Suara tangis bocah lelaki memecah kesunyian sore di sebuah masjid di Palembang. Warga yang sedang bersiap menunaikan salat kaget mendengar rintihan dari balik pintu gudang yang terkunci rapat. Saat dibuka, seorang anak berusia 10 tahun keluar dengan mata sembab dan tubuh gemetar,  ternyata, ia dikurung oleh teman sebayanya sendiri.

Insiden memilukan ini terjadi di kawasan Sematang Borang, Palembang. Bocah berinisial S (10) awalnya diajak dua temannya untuk bermain di sekitar masjid. Tak ada kecurigaan sama sekali, ajakan yang terdengar polos itu justru berujung menjadi mimpi buruk.

“Katanya mau kasih permen,” tutur Ardhiansyah Nugraha, ayah korban, dengan nada getir.

Namun, sesampainya di gudang belakang masjid, S didorong masuk dan pintu dikunci dari luar. Ia berteriak minta tolong, tapi tak ada yang mendengar hingga beberapa saat kemudian seorang jamaah perempuan mendengar tangisnya.

Ketika pintu dibuka, S sudah dalam kondisi ketakutan dan menangis hebat. Tak hanya itu, pihak keluarga juga menemukan bekas lebam di tubuhnya, menandakan kemungkinan perundungan yang sudah terjadi lebih dari sekali.

“Anak saya pendiam, dia tidak cerita kalau sering dirundung,” kata Ardhiansyah lirih. “Saya baru tahu setelah videonya viral.”

Video yang menampilkan detik-detik penyelamatan bocah itu kemudian beredar luas di media sosial dan memicu kemarahan publik. Banyak warganet menyesalkan perilaku kejam anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu.

Ketua RT setempat, Ilham, membenarkan bahwa peristiwa itu telah dimediasi bersama kedua pihak. Namun keluarga korban menegaskan, jika tak ada itikad baik dari pelaku maupun orang tuanya, mereka siap menempuh jalur hukum.

“Kami tidak ingin ada anak lain yang mengalami hal seperti ini. Masjid harusnya tempat aman, bukan tempat anak-anak jadi korban kekerasan,” ujar Ilham.

Kisah ini membuka mata banyak orang bahwa perundungan tak hanya terjadi di sekolah, tapi bisa muncul di tempat ibadah atau lingkungan sekitar.

Baca Juga: HUT ke 68 Bank Sumsel Babel, Jajan Cuma Rp68 Pakai QRIS BSB Mobile

Anak-anak yang tampak bermain biasa pun bisa menjadi korban kekerasan emosional yang meninggalkan luka panjang.

S mungkin tak akan melupakan hari itu — saat ia dikurung di tempat suci yang seharusnya jadi ruang tenang. Namun dari rasa takut dan luka itu, mungkin lahir keberanian baru bagi keluarga dan masyarakat untuk lebih peka terhadap jeritan kecil yang sering tak terdengar.

Load More