-
Maulidyah Pratiwi atau Tiwi adalah satu-satunya perwira energi perempuan di PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Lumut Balai, Sumatera Selatan.
-
Tiwi berperan sebagai jembatan antara proyek energi panas bumi dengan masyarakat sekitar melalui komunikasi dan pendekatan empati.
-
Ia menjadi simbol keseimbangan antara teknologi, alam, dan manusia, membuktikan bahwa energi sejati juga lahir dari hati yang menjaga kepercayaan.
SuaraSumsel.id - Kabut datang tanpa suara, turun dari lereng Pegunungan Bukit Barisan, membelai pipa-pipa baja yang meliuk seperti urat logam di tubuh bumi. Di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut, di tengah hawa 15 derajat yang menggigit kulit, satu jendela masih menyala.
Dari ruang kerja itu, aroma kopi hitam berpadu dengan dengung laptop dan desis uap panas bumi yang naik dari perut bumi. Di balik jendela yang diselimuti kabut, seorang perempuan muda mengetik perlahan sambil menyesap hangatnya udara pegunungan. Namanya Maulidiyah Pratiwi, akrab dipanggil Tiwi, satu-satunya pertiwi energi yang bekerja di PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Lumut Balai, Sumatera Selatan.
Istilah pertiwi energi bukanlah pangkat, melainkan panggilan hormat bagi pekerja perempuan yang menjaga energi negeri dengan keberanian dan ketulusan. Tiwi bertugas sebagai Junior Officer Government and Public Relation dengan tanggung jawab di bidang kehumasan dan hubungan masyarakat. Ia bekerja di balik kata, menyusun jembatan antara perusahaan, pemerintah, dan warga. “Saya bekerja menjaga arus kepercayaan,” ujarnya perlahan sambil menatap layar biru yang memantulkan cahaya lembut di wajahnya.
Menjadi humas di proyek energi bersih tak pernah sesederhana menyusun kata. Di PGE Lumut Balai, Tiwi adalah jembatan antara mesin yang bergemuruh dan masyarakat di kaki bukit. Ia menjelaskan bahwa panas bumi bukan sekadar sumber listrik, tetapi energi dari napas bumi yang dijaga agar tetap hidup.
Ia tahu, penjelasan di ruang rapat tak cukup. Maka ia turun langsung: ke sekolah, ke balai desa, hingga ke kampus bersama timnya. Tiwi berbicara dengan anak-anak yang penasaran, dengan orang tua yang masih ragu, menjelaskan lewat kata-kata yang mudah dipahami. “Begitu mereka tahu energi ini terbarukan dan bersih, pandangan mereka berubah,” ujarnya dengan senyum kecil.
Ia tidak hanya menulis atau menyiapkan presentasi, tetapi benar-benar turun ke lapangan, menyentuh masyarakat, mendengarkan lalu menjelaskan. Dari ruang-ruang kecil di desa hingga aula kampus besar, langkahnya akhirnya membawanya mendamping General Manager (GM) perusahaannya menjadi dosen tamu di Universitas Gajah Mada (UGM), berbicara tentang energi, empati, dan kepercayaan dari jantung Bukit Barisan.
Tiwi lahir di Tanjung Enim, tumbuh dalam keluarga yang menanamkan nilai kerja keras dan cinta pada tempat berpijak. Anak lokal yang kini pulang bukan ke lembah, tapi ke puncak, untuk menjaga energi yang lahir dari tanah kelahirannya sendiri.
Ia lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Sriwijaya (Unsri), bergabung lewat Rekrutmen Bersama BUMN 2024, dan terpilih sebagai Best Participant BPS Pertamina New Renewable Energy tahun 2024. “Awalnya saya tidak menyangka akan ditempatkan di pegunungan, saya kira kantornya di wilayah dataran yang mudah dijangkau, bukan di lereng dengan kabut hampir setiap hari,” ucapnya.
Awal 2025, ketika belum sampai satu bulan menjadi perwira organik, kabar kurang enak datang. Warga memblokir jalan menuju area proyek. Kabut turun lebih tebal, suara megafon memantul di lembah, dan udara dingin bercampur tegang. “Kami datang dengan tenang, kami dengarkan dulu. Kadang yang mereka butuh bukan penjelasan, tapi didengar,” ungkapnya.
Baca Juga: Nyala dari Tepian Musi: Kilang Plaju dan Sinergi Pertamina One Menjaga Energi Negeri
Dari situ ia belajar bahwa panas bumi tidak hanya ada di bawah tanah, tetapi juga dalam hati manusia. “Energi bisa memanas, tapi komunikasi harus tetap sejuk,” imbuhnya.
Di PGE Lumut Balai, hari dimulai sebelum kabut pergi dan berakhir sebelum malam sempurna. Tiwi tinggal di mes perusahaan, hanya beberapa langkah dari kantor utama. Ritmenya teratur yakni 20 hari kerja, 10 hari libur. Namun tak jarang ia lembur hingga malam, karena fungsi humas berarti selalu siaga.
“Kalau ada isu, semua mata ke kami,” ujarnya tertawa kecil. Di balik tekanan itu, ada hangatnya solidaritas yang tumbuh di antara rekan kerja. “Kami sudah seperti keluarga,” akunya.
Suatu malam, saat kabut turun lebih tebal dari biasanya, ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya. Pipa-pipa besar tampak samar, seperti urat nadi bumi yang sedang berdetak. “Kadang saya berdiri lama, melihat uap naik dari tanah. Saya tahu, bumi sedang bekerja, dan kami di sini menjaga agar ia tidak kelelahan,” ujar Tiwi bernada puitis.
Sebagai satu-satunya pekerja perempuan di area kerja geothermal PGE Lumut Balai, Tiwi tak sekadar melawan dingin, tapi juga persepsi. Ia tak ingin dianggap ‘spesial’ karena gendernya, tapi ‘setara’ karena kemampuannya.
Perannya yang unik, ia tidak mengendalikan mesin, tapi menjaga percakapan agar tak meledak. Ia tidak mengatur tekanan uap, tapi menyeimbangkan tekanan sosial.
Dan dalam dunia kerja maskulin itu, ia menemukan kekuatan lembut yakni empati. “Perempuan punya cara sendiri membuat orang percaya, Mungkin karena kami terbiasa menjaga hal-hal yang tak terlihat, seperti rasa, perhatian, dan kejujuran,” sambung Tiwi.
Tag
Berita Terkait
-
Nyala dari Tepian Musi: Kilang Plaju dan Sinergi Pertamina One Menjaga Energi Negeri
-
Menebus Jejak Karbon: Api yang Kini Menyembuhkan Bumi
-
Saat Energi Menetes Jadi Madu: Dari Hulu Migas ke Hulu Kehidupan
-
Dari Kilang ke Dapur Rakyat: Inovasi Kurangi Asap, Tingkatkan Harapan
-
Perkuat Sinergi, PGE Lumut Balai Dukung Jurnalis Lewat Media Engagement 2025
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Malessa Padukan Batik, Lurik, dan Tenun Jadi Produk Fashion Bernilai Tinggi
-
5 HP Murah dengan Bodi Paling Kokoh untuk Pemakaian Harian, Awet & Gak Ringkih
-
BMKG Ingatkan Warga Palembang, Pasang Sungai Musi Berpotensi Picu Banjir
-
BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik, Dorong Konektivitas Sumatra Barat
-
Bank Sumsel Babel Sabet Juara II BERES Award 2025, Tegaskan Dukungan bagi Pembangunan Daerah