Wakos Reza Gautama
Senin, 28 Juli 2025 | 19:51 WIB
Ilustrasi tips membuat anak malas menjadi rajin belajar. [pexels/olia]

SuaraSumsel.id - Berhenti memaksa, mulai menginspirasi. Ini bukan sulap, melainkan panduan cerdas untuk membuka 'kunci' potensi anak Anda dan mengubah belajar dari beban menjadi sebuah petualangan.

Melihat rapor anak dengan deretan nilai yang tak sesuai harapan sambil mendengar keluhan guru tentang "anaknya malas belajar" adalah salah satu momen paling menantang bagi orang tua. Dahi berkerut, helaan napas panjang, dan pertanyaan "salahku di mana?" pun muncul.

Stop! Sebelum Anda melabeli si kecil sebagai "pemalas" dan menempuh jalan pintas dengan les yang menumpuk, mari kita pahami satu hal: tidak ada anak yang terlahir malas.

"Malas" seringkali hanyalah sebuah gejala—sebuah kode—untuk masalah yang lebih dalam. Bisa jadi ia bosan, merasa tidak mampu, tertekan, atau jednostavno tidak menemukan 'percikan' dalam belajar.

Misi Anda bukanlah untuk memaksanya meraih ranking, melainkan untuk menyalakan kembali percikan itu. Ranking di kelas akan menjadi bonus yang mengikuti.

Siap mengubah dinamika? Terapkan 8 strategi psikologis ini secara konsisten dan lihatlah keajaibannya.

1. Jadilah Detektif, Bukan Hakim: Temukan Akar Masalahnya

Langkah pertama dan terpenting. Jangan langsung menghakimi. Coba selidiki dengan empati:

  • Apakah ia kesulitan memahami pelajaran tertentu? Mungkin ia butuh pendekatan belajar yang berbeda.
  • Apakah lingkungan kelasnya tidak nyaman? Isu pertemanan atau bullying bisa mematikan semangat belajar.
  • Apakah metode guru membosankan? Gaya belajar anak Anda (visual, auditori, kinestetik) mungkin tidak cocok dengan cara mengajar di sekolah.
  • Apakah ia terlalu lelah? Jadwal yang padat bisa membuat otak sulit fokus.

Mengobrol santai saat di mobil atau sebelum tidur seringkali lebih efektif daripada interogasi formal.

Baca Juga: Anak Nempel Terus Sama Gadget? Ini 8 Jurus Ampuh 'Digital Detox' untuk Si Kecil

2. Geser Fokus dari "Hasil" ke "Proses"

Berhenti bertanya, "Dapat nilai berapa?" Mulailah bertanya, "Bagian mana yang paling seru dari pelajaran tadi?" atau "Apa tantangan terbesarmu saat mengerjakan PR ini?"

Puji usahanya, bukan hanya nilainya. Kalimat seperti, "Wah, Ayah lihat kamu gigih sekali mencoba soal matematika yang sulit ini!" jauh lebih berdaya guna daripada "Kamu harus dapat 100!" Ini akan mengurangi tekanan dan membangun mentalitas berkembang (growth mindset).

3. Sulap Rumah Menjadi 'Laboratorium' Seru

Siapa bilang belajar harus selalu di meja dengan buku? Hubungkan pelajaran dengan dunia nyata:

  • Matematika: Ajak ia ikut menimbang bahan saat membuat kue.
  • IPA: Lakukan eksperimen sederhana seperti menanam kecambah atau membuat pelangi dengan senter dan air.
  • IPS: Tonton film sejarah bersama, lalu diskusikan.

Ketika anak melihat aplikasi nyata dari apa yang ia pelajari, cara agar anak rajin belajar menjadi lebih organik dan menyenangkan.

4. Terapkan Teknik "Beat The Clock" (Gamifikasi)

Anak-anak suka tantangan dan permainan. Gunakan timer dan buat tantangan singkat. "Yuk, kita lihat dalam 20 menit kamu bisa selesaikan berapa soal latihan!"

Setelah itu, berikan jeda istirahat 5-10 menit. Teknik ini (mirip Pomodoro) membuat tugas yang berat terasa lebih ringan dan melatih fokus dalam interval pendek.

5. Jadilah "Partner Belajar," Bukan "Mandor"

Daripada hanya menyuruh "Sana belajar!", coba katakan, "Yuk, kita kerjakan PR bareng. Bunda kerja di samping kamu ya." Duduklah di dekatnya, tunjukkan antusiasme pada apa yang ia pelajari.

Kehadiran Anda yang suportif mengubah belajar dari kewajiban yang sepi menjadi aktivitas yang terhubung.

6. Pecah "Tugas Raksasa" Menjadi "Langkah-Langkah Kecil"

Melihat setumpuk PR atau materi ujian bisa membuat anak langsung merasa kewalahan dan malas memulainya. Bantu ia memecah tugas besar menjadi bagian-bagian kecil yang bisa dikelola.

"Oke, hari ini kita selesaikan bagian A dulu. Besok baru bagian B." Setiap langkah kecil yang berhasil diselesaikan akan memberikan suntikan dopamin dan motivasi untuk melanjutkan.

7. Berikan Kendali dan Pilihan Terbatas

Anak yang merasa punya kendali akan lebih termotivasi. Berikan ia pilihan. "Kamu mau kerjakan PR Matematika dulu atau Bahasa Indonesia?" atau "Kamu lebih suka belajar sambil dengar musik instrumental atau dalam hening?" Memberi pilihan membuat mereka merasa dihargai dan memiliki otonomi atas proses belajar mereka.

8. Rayakan Setiap Kemajuan, Sekecil Apapun!

Jangan menunggu hingga ia mendapat ranking 1 untuk memberikan apresiasi. Apakah ia berhasil menyelesaikan PR tanpa disuruh? Rayakan! Apakah nilainya naik dari 6 menjadi 7? Rayakan!

Pujian spesifik dan perayaan kecil (bukan selalu berupa hadiah materi) adalah bahan bakar terbaik untuk meningkatkan prestasi anak.

Ingat, perjalanan ini adalah maraton, bukan sprint. Tujuannya bukan hanya selembar kertas bertuliskan "Peringkat 1," melainkan membangun fondasi kecintaan belajar yang akan ia bawa seumur hidupnya.

Saat anak Anda menemukan kegembiraan dalam menemukan hal baru, ranking itu akan datang dengan sendirinya sebagai hasil, bukan sebagai beban.

Load More