Tasmalinda
Kamis, 17 Juli 2025 | 23:20 WIB
Ilustrasi Petani Sumsel (pixabay)

SuaraSumsel.id - Para petani di Sumatera Selatan patut tersenyum lega. Pasalnya, kesejahteraan mereka menunjukkan tren positif dalam lima tahun terakhir, dengan lonjakan signifikan Nilai Tukar Petani (NTP) yang mencapai 120,83 pada tahun lalu.

Angka ini merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir, sebagaimana dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel.

NTP merupakan indikator penting yang mencerminkan daya beli petani, dihitung dari perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (harga jual hasil pertanian) dengan indeks harga yang dibayar petani (biaya kebutuhan hidup dan produksi).

Kepala BPS Provinsi Sumatera Selatan Wahyu Yulianto menyatakan bahwa peningkatan NTP menunjukkan petani mampu menutupi biaya produksi dan konsumsi rumah tangga dengan hasil penjualannya, bahkan mendapatkan surplus.

"Ini sinyal bahwa sektor pertanian kita mulai bergerak ke arah yang lebih baik, terutama dari sisi kesejahteraan petani kecil," ujarnya dalam keterangan resmi.

Indeks harga yang diterima petani (IT): 148,68 (naik 19,65% dibanding 2023) sedangkan Indeks harga yang dibayar petani (IB): 123,03 (naik 4,06% dibanding 2023). 

Kenaikan IT yang jauh lebih tinggi dibanding IB menjadikan petani sebagai pihak yang surplus alias untung dalam proses produksi. Artinya, pendapatan petani naik lebih cepat daripada pengeluaran mereka.

Masih Ada PR: 3 Subsektor Belum Pulih

Meski tren NTP secara umum membaik, namun tak semua subsektor pertanian merasakan hal serupa. Tiga subsektor masih menunjukkan NTP di bawah 100, yang artinya petani di sektor tersebut masih belum sejahtera secara ideal yakni hortikultura: NTP 91,42 (turun 4,89%), Perternakan: NTP 99,64 (turun 2,36%) dan Tanaman Pangan: NTP 98,26 (naik tipis 2,89%).


Sebaliknya, subsektor Perkebunan Rakyat melonjak paling tinggi dengan NTP 130,35 (naik 20,13%), menunjukkan nilai komoditas seperti karet, sawit, dan kopi masih jadi tulang punggung utama perekonomian petani Sumsel.

Baca Juga: Asap Mulai Mengancam! Sumsel Ajukan Perpanjangan Operasi Modifikasi Cuaca Cegah Karhutla

Harga Gabah dan Peran Pemerintah

Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani tercatat Rp5.769/kg, sedangkan gabah kering giling (GKG) Rp6.702/kg. Harga ini cukup kompetitif, meski sedikit di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.000/kg.

Pemerintah tetap menjamin petani tidak dirugikan melalui kebijakan HPP, dengan Bulog wajib menyerap gabah jika harga pasar turun di bawah batas tersebut. Ini menjadi bentuk nyata proteksi terhadap pendapatan petani padi di Sumsel.

Lonjakan NTP bukan sekadar angka. Ini menjadi bukti bahwa upaya pemerintah daerah, edukasi pertanian, perlindungan harga, serta semangat petani mulai membuahkan hasil. Namun, tantangan di sektor hortikultura dan peternakan tetap harus ditangani serius agar kesejahteraan merata di semua lini pertanian.

Load More