Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Kamis, 03 Juli 2025 | 16:09 WIB
harga emas hari ini di Sumatera Selatan

SuaraSumsel.id - Provinsi Sumatera Selatan mencatat inflasi sebesar 0,08 persen (mtm) pada Juni 2025, membalikkan tren deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,35 persen.

Secara tahunan (y-on-y), inflasi naik menjadi 2,44 persen, tetap dalam target nasional 2,5±1 persen. Kenaikan ini sejalan dengan inflasi nasional yang juga meningkat menjadi 1,87 persen.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel, Bambang Pramono, menjelaskan bahwa kenaikan ini didorong oleh naiknya harga beras, daging ayam ras, emas perhiasan, cabai rawit, dan telur ayam ras.

Berdasarkan data BPS Sumatera Selatan, emas perhiasan menjadi penyumbang utama inflasi secara bulanan dan tahunan, dengan andil 0,08% dan 1,11% secara berturut-turut.

Baca Juga: Alex Noerdin Jadi Tersangka Lagi, Proyek Pasar Cinde Dibongkar Kejati Sumsel

Ketegangan geopolitik dan pelemahan dolar AS disebut menjadi pendorong utama lonjakan harga emas global.

Harga beras naik seiring dimulainya musim tanam yang menyebabkan penurunan pasokan di pasar.

Diharapkan panen raya pada Agustus–Oktober dapat menurunkan tekanan harga. Sementara itu, kenaikan harga daging ayam dan telur ayam terjadi karena lonjakan permintaan di tengah kegiatan sosial masyarakat, serta meningkatnya harga pakan ternak.

Cabai rawit ikut mendorong inflasi akibat gangguan distribusi karena cuaca buruk dan tingginya permintaan. Ini membuat cabai menjadi komoditas penyumbang inflasi di seluruh kabupaten/kota di Sumsel, termasuk Palembang, Muara Enim, dan OKI.

Muara Enim Tertinggi, Lubuk Linggau Terendah

Baca Juga: Bank Sumsel Babel Dukung Laskar Pandu Satria, Cetak Generasi Muda Berjiwa Pemimpin

Secara spasial, inflasi tertinggi terjadi di Muara Enim sebesar 3,31%, sedangkan terendah di Lubuk Linggau dengan 2,07%.

Di Muara Enim, beras, telur ayam ras, dan cabai merah menjadi kontributor utama. Sementara di Lubuk Linggau, inflasi lebih terkendali meski tetap dipengaruhi oleh komoditas seperti beras dan daging ayam ras.

Untuk mengatasi tekanan inflasi, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) bersama Bank Indonesia terus mengimplementasikan strategi 4K: ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.

Langkah konkret seperti operasi pasar murah digelar di berbagai wilayah. Bank Indonesia juga menjajaki kerja sama antar daerah (KAD) untuk pasokan komoditas strategis dengan Kabupaten Subang, Karawang, dan Provinsi Sumbar.

Program unggulan seperti Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) melibatkan 1.020 rumah tangga dan 17 Kelompok Wanita Tani dalam budidaya cabai rawit dan bawang merah.

Selain itu, distribusi lebih lancar didukung subsidi biaya angkut dari BUMN, BUMD, dan swasta.

Load More