Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Rabu, 02 Juli 2025 | 19:46 WIB
pinjaman online alian fintech

SuaraSumsel.id - Industri pinjaman online di wilayah Sumatera bagian selatan (Sumbagsel) menunjukkan geliat signifikan sepanjang satu tahun terakhir.

Berdasarkan data Siaran Pers Sektor Jasa Keuangan di wilayah Sumbagsel, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Maret 2025, jumlah penerima pinjaman (borrower) melonjak drastis hingga 898.767 akun, naik 70,72 persen dibandingkan Maret 2024 yang hanya 526.460 akun.

Kepala OJK Sumsel Arifin Susanto mengatakan kenaikan ini mencerminkan semakin tingginya minat masyarakat untuk mengakses pendanaan cepat lewat kanal digital, khususnya melalui platform financial technology (fintech) peer-to-peer lending yang kini semakin menjamur di berbagai kota dan kabupaten.

Namun, di sisi lain, terjadi hal lain pada sisi pemberi pinjaman (lender).

Baca Juga: Banser Turun ke Tribun, GP Ansor Sumsel Siap Kawal Sriwijaya FC di Laga Home

Jumlah akun pemberi pinjaman justru menyusut dari 34.733 akun pada Maret 2024 menjadi 22.872 akun pada Maret 2025, atau anjlok hingga 34,15 persen secara tahunan (yoy).

Ini mengindikasikan adanya penurunan minat atau kepercayaan dari investor retail terhadap platform pinjaman online.

Meski begitu, secara total dana yang disalurkan tetap tinggi, yaitu Rp1,4 triliun, dengan outstanding pinjaman mencapai Rp4,77 triliun.

Artinya, meski jumlah lender menurun, nilai pinjaman tetap terjaga berkat konsentrasi dari lender besar atau institusi.

Faktor Pendorong Lonjakan Peminjam

Baca Juga: Kopi Sumsel Siap Ekspor, Ini Strategi 'Closed Loop' OJK yang Buka Akses untuk Petani

Lonjakan peminjam (borrower) tak lepas dari makin agresifnya promosi aplikasi pinjol, kemudahan verifikasi identitas, dan kebutuhan masyarakat akan dana cepat tanpa agunan.

Pandemi yang mengubah pola konsumsi dan rendahnya akses kredit perbankan formal turut mempercepat adopsi pinjaman berbasis digital.

Sayangnya, peningkatan ini juga menyimpan potensi risiko baru.

Rasio kredit macet (Non Performing Financing/NPF) di wilayah Sumbagsel masih dalam batas aman, terendah di Sumsel (2,05%), namun tertinggi di Bengkulu (2,95%). Ini menjadi sinyal bagi regulator dan platform pinjol agar tetap menjaga kualitas penyaluran dana.

Jenis pinjaman yang paling dominan di Sumbagsel adalah pembiayaan multi guna, diikuti oleh pembiayaan investasi dan modal kerja. 

Ke depan, tantangan utama yang perlu diatasi adalah peningkatan literasi keuangan, penguatan sistem mitigasi risiko, serta perlindungan konsumen dari jeratan pinjaman ilegal.

Load More