Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Kamis, 26 Juni 2025 | 21:33 WIB
Sejumlah warga mengikuti pawai obor di RW 08 Kelurahan Menteng, Jakarta, Kamis (26/6/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

Beberapa pesantren seperti Al-Ittifaqiah Indralaya juga menjadikan malam 1 Muharram sebagai ajang "muhasabah akbar" untuk santri dan alumni. Mereka menyusun target ibadah dan pembinaan diri selama setahun ke depan.

Tradisi Ziarah ke Makam Wali dan Ulama

Warga Palembang juga memiliki kebiasaan ziarah ke kompleks makam Kawah Tengkurep, tempat dimakamkannya para Sultan Palembang Darussalam.

Ziarah ini dilakukan bukan untuk meminta sesuatu dari makam, tapi sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan mereka menyebarkan Islam.

Baca Juga: Gerakan Sultan Muda Sumsel Menyebar ke 5 Daerah, UMKM Lokal Kini Punya Akses KUR dan BPJS

Tradisi-tradisi ini menunjukkan bahwa di Sumatera Selatan, tahun baru Islam disambut bukan dengan hura-hura atau pesta kembang api, tapi dengan nuansa spiritual yang dalam.

Menggabungkan nilai religius, budaya lokal, dan ajaran Islam klasik, masyarakat Sumsel menjaga warisan ini tetap hidup dan relevan bagi generasi muda.

Melalui pawai obor, minum susu putih, doa bersama, dan ziarah, 1 Muharram di Palembang bukan sekadar libur nasional, tapi momentum spiritual renewal—pembaharuan jiwa, niat, dan tekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik di hadapan Allah SWT.

Load More