SuaraSumsel.id - Pendidikan remaja Sumatera Selatan (Sumsel) kembali menjadi sorotan publik.
Dua tokoh penting Sumsel, Gubernur Herman Deru dan Wali Kota Palembang Ratu Dewa, kini sama-sama mengusung gagasan sekolah militer untuk mendidik generasi muda.
Meskipun sama-sama mengusung konsep melibatkan militer, gagasan Sekolah Militer ala Ratu Dewa dan program retret pendidikan dari Herman Deru justru memiliki pendekatan dan tujuan yang berbeda.
Sekilas terlihat serupa, namun bila ditelisik lebih dalam, program Ratu Dewa lebih bersifat represif dan langsung menyasar siswa yang dianggap bermasalah dengan pola pendidikan semi militer di barak TNI.
Sementara itu, Herman Deru lebih menekankan pada pendekatan preventif melalui retret, yaitu pembinaan mental dan spiritual sebelum anak-anak benar-benar terjerumus dalam kenakalan yang lebih jauh.
Perbedaan ini memicu pertanyaan besar: mana yang sebenarnya lebih efektif dalam menyelamatkan masa depan remaja Sumsel?
Apakah dengan pendekatan keras ala barak militer, atau pembinaan karakter melalui retret yang lebih bernuansa keagamaan dan moral? Kini, masyarakat dibuat penasaran dengan duel gagasan dua kepala daerah ini.
Gubernur Sumsel Herman Deru menggagas konsep sekolah militer melalui program retret militer.
Ide ini muncul sebagai bentuk pembinaan karakter generasi muda Sumsel. Meski sebelumnya, sempat viral ada orang tua dari kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yang menitipkan anaknya ke pendidikan militer ala Gubernur Jawa Barat, Dedy Mulyadi.
Baca Juga: Investor Saham Sumsel Tembus 395 Ribu, Didominasi Anak Muda! Ini Tips KSEI Biar Cuan Maksimal
Saat informasi ini viral, banyak warganet pun kemudian menyebut nama Gubernur Herman Deru.
Herman Deru menegaskan pentingnya membangun karakter disiplin dan tangguh sejak dini, apalagi di era serba digital yang rentan mengikis nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme.
Namun, Herman Deru menegaskan, konsep retret militer tersebut bukan untuk menghukum anak-anak bermasalah, melainkan sebagai penguatan karakter.
Retret militer ala Herman Deru yang bakal diselenggarakan di lebih bersifat preventif, melibatkan unsur pendidikan kepribadian, fisik, mental, dan religius.
Fokusnya justru untuk mencegah kenakalan remaja, bukan semata-mata menghukum.
Di sisi lain, program sekolah militer versi Ratu Dewa yang tengah digodok Pemkot Palembang memiliki pendekatan yang lebih represif.
Tag
Berita Terkait
-
Minat Beli Emas di Palembang Melejit 5 Kali Lipat Usai Lebaran
-
The Rise of Kingdom of Berbari, Animasi Lokal Palembang yang Angkat Dulmuluk ke Layar Digital
-
Viral Pegawai Pemkot Palembang Dikeroyok di Kantor, Diduga Dipicu Masalah Pekerjaan
-
Kolaborasi Kilang Pertamina dan BUMN Wujudkan Kampung Iklim Lestari Sei Selincah Palembang
-
Investor Saham Sumsel Tembus 395 Ribu, Didominasi Anak Muda! Ini Tips KSEI Biar Cuan Maksimal
Terpopuler
- Lagi Jadi Omongan, Berapa Penghasilan Edi Sound Si Penemu Sound Horeg?
- 5 Pemain Timnas Indonesia yang Bakal Tampil di Kasta Tertinggi Eropa Musim 2025/2026
- Kisah Pilu Dokter THT Lulusan UI dan Singapura Tinggal di Kolong Jembatan Demak
- Brandon Scheunemann Jadi Pemain Paling Unik di Timnas Indonesia U-23, Masa Depan Timnas Senior
- Orang Aceh Ada di Logo Kota Salem, Gubernur Aceh Kirim Surat ke Amerika Serikat
Pilihan
-
Gaduh Pemblokiran Rekening, PPATK Ngotot Dalih Melindungi Nasabah
-
Siapa Ivan Yustiavandana? Kepala PPATK Disorot usai Lembaganya Blokir Rekening Nganggur
-
Siapa Ratu Tisha? Didorong Jadi Ketum PSSI Pasca Kegagalan Timnas U-23
-
6 Rekomendasi HP dengan Kamera Canggih untuk Konten Kreator 2025
-
4 Rekomendasi HP Murah Vivo Memori Besar, Harga Terjangkau Sudah Spek Dewa
Terkini
-
Rekomendasi 6 Raket Padel Terbaik 2025: Dari Pemula Hingga Pro, Ini Senjata Pilihanmu!
-
Kronologi Curanmor Bersenpi di Palembang: Kepergok, Tembak, Polisi Kini Kejar Pelaku
-
Pertamax Langka di Palembang, Warga Bingung dan Desak Kepastian dari Pertamina
-
Suka Nonton Konser? Ini 3 Model Converse Paling Nyaman Dipakai Berdiri Lama
-
Outfit Kantor Sampai Ngopi Sore? 4 Gaya Simpel Bareng Nike Killshot