Tasmalinda
Rabu, 07 Mei 2025 | 21:14 WIB
Modus main borgol, mahasiswi di Palembang jadi korban asusila teman

SuaraSumsel.id - Nasib malang hampir menimpa seorang mahasiswi berinisial OR (20), warga Ilir Barat I, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).

Ia nyaris menjadi korban tindakan asusila, penganiayaan, dan pengancaman oleh sejumlah orang yang dikenalnya sendiri. Peristiwa yang terjadi pada Selasa, 22 April 2025, sekitar pukul 14.00 WIB ini kini telah dilaporkan ke Polrestabes Palembang, Selasa (6/5/2025), siang.

Kepada petugas piket pengaduan, OR menjelaskan kronologi yang menyeretnya ke dalam situasi penuh tekanan dan ancaman, yang berawal dari ajakan santai dan berkedok permainan.

Diajak Teman, Dijebak di Lokasi Tertutup

Saat kejadian, korban sedang bersama temannya, AR, di kawasan Tanjung Barangan, IB I Palembang. AR kemudian mengajaknya ke suatu tempat yang ternyata telah disetting sebelumnya oleh pelaku dan beberapa saksi lainnya.

Di lokasi tersebut, korban bertemu saksi BT dan AG, yang ternyata sudah menunggu.

“Saya diajak ke tempat itu, ternyata sudah ada BT dan AG. Sepertinya ini sudah direncanakan,” ujar OR kepada petugas dengan suara bergetar.

Di lokasi tersebut, OR mengaku mereka bertiga kemudian mengajaknya untuk ikut dalam sebuah “challenge” aneh, yaitu bermain borgol-borgolan.

Tantangannya adalah: siapa yang bisa melepaskan borgol akan mendapatkan uang.

Baca Juga: Sudah 2 Bulan Jadi Tersangka, Pengusaha Haji Halim Belum Disidang: Ada Apa?

Modus Berujung Ancaman dan Tindakan Tak Pantas

Apa yang awalnya terlihat seperti permainan, perlahan berubah menjadi situasi yang mencekam.

Korban merasa dijebak dan mulai mendapat perlakuan tidak pantas.

Dalam suasana yang semakin tidak aman, OR juga mengaku mendapat ancaman dan tekanan psikologis, serta tindakan yang mengarah pada pelecehan.

Korban yang merasa nyawanya terancam akhirnya memberanikan diri untuk melaporkan kejadian ini ke polisi, karena khawatir pelaku akan melakukan tindakan lebih jauh atau menargetkan korban lain dengan modus serupa.

Korban Trauma, Polisi Mulai Selidiki Kasus

Pasca kejadian, OR mengaku mengalami trauma dan ketakutan berlebihan. Ia tak menyangka bahwa orang-orang yang dikenalnya bisa terlibat dalam tindakan yang nyaris merenggut martabat dan rasa amannya.

Sementara itu, pihak Polrestabes Palembang menyatakan akan melakukan penyelidikan terhadap laporan tersebut. Langkah awal yang akan diambil yakni memanggil para saksi dan pelaku yang disebutkan oleh korban, termasuk menelusuri rekaman CCTV dan jejak digital komunikasi untuk membuktikan kronologi kejadian.

Pentingnya Kesadaran dan Kewaspadaan di Kalangan Remaja

Kasus ini menjadi pengingat keras bagi para generasi muda, khususnya perempuan, untuk selalu waspada terhadap ajakan yang mencurigakan, bahkan jika berasal dari orang yang dikenal.

Modus permainan atau “tantangan” saat ini sering kali digunakan sebagai kedok oleh pelaku untuk melancarkan aksi-aksi yang berpotensi melukai, mempermalukan, bahkan menghancurkan kehidupan korban.

Jangan Diam, Laporkan!

Perjuangan OR untuk melaporkan kasus ini patut diapresiasi.

Banyak korban lain yang memilih diam karena takut atau malu, padahal suara mereka bisa menyelamatkan orang lain dari bahaya yang sama. Kasus ini membuktikan bahwa kekerasan bisa terjadi di lingkaran terdekat, dan hanya dengan keberanian dan dukungan dari masyarakat serta aparat hukum, kebenaran bisa ditegakkan dan keadilan bisa diraih.

Komentar Netizen

Kasus dugaan pelecehan terhadap seorang mahasiswi di Palembang yang bermula dari "modus main borgol" terus menuai gelombang komentar netizen di berbagai platform media sosial.

Salah satu komentar yang menjadi sorotan datang dari akun hariyantohariyanto812 yang menulis, “Kesempatan dalam kesempitan” — kalimat singkat namun menyiratkan kritik tajam terhadap pelaku yang diduga memanfaatkan keluguan korban demi melancarkan aksinya.

Warganet lain pun ramai-ramai menyuarakan kekhawatiran atas maraknya modus kejahatan berkedok permainan di kalangan remaja dan mahasiswa.

Tak sedikit yang menyayangkan bagaimana pertemanan bisa dijadikan celah untuk menjebak korban ke dalam situasi rawan pelecehan.

“Teman makan teman, ini bukti kita harus lebih selektif percaya orang,” tulis salah satu netizen.

Load More