SuaraSumsel.id - Saat langit pagi menguning di hamparan sawah Rambutan, Banyuasin nan masih basah oleh embun. Angin berhembus perlahan, menyapu daun padi yang makin kuning yang menandakan waktu panen semakin dekat.
Namun, bagi Tanjung, seorang petani yang telah puluhan tahun menekuni sawahnya, kegembiraan panen tak pernah lepas dari bayang-bayang kekhawatiran: apakah ia bisa mendapatkan pupuk untuk musim tanam berikutnya.
“Biasanya bulan Maret ini, mulai panen, tapi mulai bertanam lagi, masih cari-cari semoga dapat pupuk”, ujar Tanjung, matanya menerawang.
Sejak dahulu, pupuk adalah nadi bagi para petani. Namun, di waktu-waktu tertentu, pupuk menjadi barang mewah yang sulit didapatkan. Seperti bayangan yang selalu membuntuti, setiap tahun masalah ini seolah berulang, harga yang terus melambung, ketersediaan yang tidak menentu serta perjuangan panjang guna mendapat jatah subsidi.
Baca Juga: Pilkada Ulang Empat Lawang Tunggu Regulasi, 2 Kandidat Bersiap Rebut Suara
Tanjung masih ingat bagaimana ia harus berburu pupuk Urea bersubsidi yang diproduksi PT Pupuk Sriwidjaja yang dibandrol mencapai Rp 90 ribu per karung, sementara NPK tembus Rp 120 ribu.
Dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi urea tahun 2024, adalah Rp2.250 per kilogram, sedangkan HET pupuk bersubsidi NPK Rp2.300 per kilogram.
Ia juga paham, setelah Maret berlalu, Agustus akan kembali menghadirkan kesulitan yang sama. Di tengah sawah yang mulai mengering setelah panen, para petani terus berharap.
Mereka tidakk meminta lebih, hanya kepastian agar tanah mereka tetap subur sekaligus benih yang mereka tanam bisa tumbuh tanpa dihantui rasa was-was. Bagi mereka, bertani bukan sekadar mencari nafkah, tetapi juga menjaga warisan yang telah turun-temurun menghidupi keluarga dan negeri ini.
“Saking saat kesulitan, kami beli dalam satuan lebih ringan, seperti kiloan atau beralih ke pupuk non subsidi”, akunya.
Baca Juga: Tarawih Perdana Dihantui Cuaca Ekstrem! Hujan Mengancam Sejumlah Wilayah di Sumsel
Tanjung juga menceritakan saat panen, petani dalam skala lahan yang tak luas, tentu berharap harga pupuk dapat lebih terjangkau, ”Mungkin jika murah itu relatif ya, tapi harga terjangkau itu, barangnya ada, meski naik, atau lebih memilih non subsidi”, akunya.
Berita Terkait
-
Fakta Polisi Aniaya Mantan dan Todongkan Pistol Ternyata Positif Narkoba
-
Demi Konten Ekstrem, 5 Fakta Aksi Berbahaya Bule Rusia Naiki KA Batu Bara
-
Drama di Hari Bahagia: Bus Pengantin Terperosok, Mempelai Wanita Histeris di Jalan
-
Turis Rusia Nekat! Aksi Gila Naik Kereta Batu Bara Babaranjang Viral!
-
Sungai Tungkal Meluap Deras, Begini Nasib Pemudik Sumatra di Kemacetan
Tag
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- 10 HP Midrange Terkencang Versi AnTuTu Maret 2025: Xiaomi Nomor 1, Dimensity Unggul
- 6 Rekomendasi Parfum Indomaret Wangi Mewah Harga Murah
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaik April 2025
-
Hasil BRI Liga 1: Comeback Sempurna, Persib Bandung Diambang Juara
-
RESMI! Stadion Bertuah Timnas Indonesia Ini Jadi Venue Piala AFF U-23 2025
-
Jenazah Anak Kami Tak Bisa Pulang: Jerit Keluarga Ikhwan Warga Bekasi yang Tewas di Kamboja
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
Terkini
-
Anggota DPRD Lubuklinggau Dilaporkan ke Polda Sumsel: Gelapkan Dana Miliaran
-
Spesial Libur Panjang: DANA Bagi-Bagi Rezeki Lewat Dana Kaget 18 April 2025
-
Viral Gadis OKU Timur Dipinang Pria New Zealand dengan Mahar Miliaran Rupiah
-
Inspirasi Parenting dari dr Aisah Dahlan di Talkshow IIPK Bank Sumsel Babel
-
Panggung Acara Toko Murah Nian Jadi Biang Kerok di Tanjung Barangan