Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Selasa, 14 Januari 2025 | 20:29 WIB
Gas elpiji 3 kilogram. Pelaku UMKM di Palembang, Sumatera Selatan mengeluhkan kenaikan harga elpiji 3 kilogram.

SuaraSumsel.id - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan menyetujui kenaikan harga eceran terendah (HET) gas elpiji 3 kilogram menjadi Rp18.500 per tabung pada awal tahun 2025. Kebijakan ini berdampak langsung pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Palembang.

Pelaku UMKM kuliner seperti Dhonni dan Santi mengaku semakin terbebani akibat kenaikan harga tersebut. Harga gas elpiji di toko kelontong bahkan mencapai Rp26.000 hingga Rp28.000 per tabung.

Kondisi ini memaksa mereka untuk memutar otak, baik dengan mengurangi produksi, menaikkan harga jual, maupun mencari cara lain untuk bertahan.  "Sebelumnya masih di harga kurang dari Rp25000 pertabung, tapi sekarang sudah tidak ada lagi, paling standarnya di toko kelontong harganya sudah Rp26.000, ada juga yang Rp28.000 kilogram," ungkapnya.

Kenaikan harga ini diakui Dhonni makin menambah beban pikirannya saat berbelanja ke pasar. Sebegai pelaku UMKM, biaya yang dikeluarkan saat berproduksi akan sangat dipengaruhi dengan modal awal yang ia miliki.

Baca Juga: Dampak Kenaikan Harga Elpiji 3 Kilogram, UMKM di Sumsel Kurangi Produksi

Namun dengan semakin naik kebutuhan bagi usaha kecilnya, termasuk biaya membeli elpiji, ia pun harus berputar otak untuk bisa memenuhi kebutuhan usahanya tersebut. "Sekarang makin bingung ke pasar karena harga semakin naik," ujar Dhoni mengakui.

Jika dalam sepekan usaha kuliner olahan pempek ini menghabiskan sekitar 5-6 tabung elpiji perminggu, namun kekinian ia pun harus lebih mengirit penggunaan. Siasat lainnya, ia menambah harga jual, atau mengubah ukuran produksi.

"Jika selama ini produksi maksimal di 60 model, dan puluhan pempek, maka sekarang dibuat menurun," ucapnya menjelaskan.

Selain harga elpiji, ia mengungkapkan sejumlah harga pangan lainnya juga menyertai kenaikan harga bahan bakar tersebut. Seperti cabai, bawang putih, telur ayam, harga daging ikan. "Ada yang bahan bakunya memang menurun, seperti bawang putih, cabai juga mahal karena disebutkan musim hujan. Jadi kebayangkan, jika makin bingung ke pasar, apa pun naik," ucapnya.

Kegelisahan yang dirasakan Doni juga sama seperti Santi. Pedagang gorengan di sebuah sekolah dasar juga mengungkapkan kegelisahannya. Dia mengungkapkan sebagai pelaku usaha kuliner dengan skala sangat mikro, kebutuhan gas elpiji sangat mempengaruhi harga jualnya.

Baca Juga: Harga Elpiji 3 Kilogram di Sumsel Naik Rp18.500, Ini Alasan Hiswana Migas

Pada pekan ini, ia mendapatkan harga elpiji mencapai Rp27.000 pertabung. Harga itu mengalami kenaikan Rp4000 dibandingkan harga elpiji sebelum dinaikkan.

Kenaikan harga elpiji ini pun menjadikannya harus mengelola usahanya lebih produktif lagi. "Kadang hidup ya begini, mau usaha namun harga-harga makin mahal, lalu saat harga dinaikkan, pembeli malah menurun," ujarnya.

Dia membutuhkan sebanyak 2 elpiji dalam sebulan. Namun jika harga makin kebutuhan usaha makin naik, ia pun memutuskan untuk menambah harga jual.

Ia menjual gorengan sebelumnya dengan harga Rp1000 per satuan, maka ia memutuskan akan menaikkan menjadi Rp 5000 dengan mendapatkan 4 gorengan. "Mana harga cabai rawit dan bawang putih juga naik untuk membuat cuka," ungkapnya.

Selain elpiji, kenaikan harga bahan pangan seperti cabai, bawang putih, dan ikan turut memperberat biaya operasional usaha kecil mereka.

HET Elpiji di Sumsel Naik Rp18.500

Hiswana Migas Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) mengumumkan kenaikan harga eceran tertinggi (HET) LPG 3 kilogram di Sumatera Selatan, yang sebelumnya Rp15.650 per tabung kini menjadi Rp18.500.

Kenaikan harga ini merupakan penyesuaian pertama sejak 2017 dan tercantum dalam Surat Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 19/KPTS/IV/2025, yang menggantikan SK Gubernur sebelumnya.

Ketua DPD Hiswana Migas Sumbagsel, Didik Cahyono, menjelaskan bahwa keputusan ini mengikuti kajian akademis dan diskusi dengan berbagai pihak terkait, termasuk pemerintah dan pelaku usaha. Penyesuaian harga ini disebabkan oleh meningkatnya biaya operasional distribusi gas, yang dipengaruhi oleh kenaikan upah minimum wilayah Sumsel.

Ketua DPD Hiswana Migas Sumbagsel Didik Cahyono di Palembang, Sumsel, Kamis, mengatakan HET LPG 3 kg di Sumsel terakhir mengalami perubahan pada 2017 atau 7 tahun lalu.

Load More