Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Kamis, 31 Oktober 2024 | 10:54 WIB
PT Kilang Pertamina Internasional di Palembang Sumatera Selatan

Peningkatan solar ditargetkan mencapai 667,96 juta liter di sepanjang tahun 2024 yang dibandingkan dengan produksi pada 2023, sebesar 636,85 juta.

Area Manager Communication Relation dan CSR Plaju, Siti Rachmi mengungkapkan peningkatan produksi tidak hanya pada bensin namun juga solar menjadi 1.564, 719 juta liter. Produksi yang meningkat dibandingkan tahun 2013  sebesar 1.395.016 juta liter solar.

“Tak hanya bensin dan solar, peningkatan produksi juga pada bahan baku plastik (polytam) dan elpiji,” ujarnya pada awal tahun ini.

Menteri Erick Thohir yang kembali terpilih menjadi Menteri BUMN di Kabinet Merah Putih Prabowo Subianto pun mengungkapkan transisi energi merupakan peluang bagi perusahaan milik Negara terutama seperti halnya Pertamina

Baca Juga: Ekowisata Belanting River Tubing Bawa PGE Lumut Balai Raih Penghargaan

Sebuah semangat optimis menjadikan BUMN Pertamina mendukung ekosistem energi transisi energi. Langkah menuju transisi energi bersih pun dilakukan Pertamina Kilang Plaju dengan sejumlah program yakni memastikan keberlangsungan bisnis kilang dengan membangun 500 modul solar cell Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di lapangan Sungai Gerong.

Pertamina kilang Plaju pun menargetkan emisi 30 persen sampai 2030. Produksi energi matahari ini pun telah mengurangi beban pengoperasionalan gas turbine dan konsumsi gas yang berdampak menekan biaya yang mendukung keberlanjutan bisnis.

Berdasarkan proyeksinya, PLTS Kilang Plaju ini berkontribusi mengurangi emisi karbon 2.000 ton per tahun. Pertamina Kilang Plaju pun mengenalkan produk bahan bakar kapal, Marine Fuel Oil (MFO) yang ramah lingkungan. 

Bahan bakar ini  memenuhi peningkatan kebutuhan dengan inovasi MFO low sulphur pada industri perkapalan yang menggunakan mesin diesel dengan kandungan sulfur yang dibatasi maksimum 0,5 persen. Tentu kandungan ini menjawab kebijakan bahan bakar kapal berstandar internasional.

Kilang Pertamina Internasional juga telah menciptakan B35 yang merupakan program mandatori biodiesel sebesar 35 persen sejak tahun lalu, 2023. Proses adaptasi dengan penyesuaian sarana dan fasilitas operasi sebagai dukungan pada peningkatan bauran Energi Bersih Terbarukan (EBT), terutama di Sumatera Selatan.

Baca Juga: Kabar Gembira! Produksi Minyak Nasional Naik Berkat Temuan Baru di Prabumulih

Produk turunan dari crude palm oil kelapa sawit ini berkontribusi ditargetkan menurunkan ketergantungan impor bahan bakar fosil. Selain itu menambah pasokan demi ketahanan energi.

Direktur Utama PT KPI, Taufik Adityawarman pada Agustus lalu sempat mengenalkan Refinery Development Master Plan (RDMP) yang menjadi sebuah solusi bisnis keberlanjutan. Yakni sebuah produk bahan bakar diesel yang rendah sulfur guna memenuhi perwujudan bahan bakar ramah lingkungan.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel pun memiliki lanskap transisi energi bersih dalam pembangunan jangka panjang hingga 2045, menuju Sumsel MAPAN energi.

Sumsel menargetkan bauran energi pada tahun 2025 pada energi baru terbarukan mencapai 21,06 persen, energi minyak bumi sebanyak 31,69 persen bagitu juga pada gas bumi dan batu bara.

Rancangan pembangunan daerah jangka panjang sampai tahun 2050, Sumsel menargetkan bauran energi tersebut meningkat mencapai energi baru terbarukan 22,56 persen, minyak bumi naik menjadi 33,24 persen, gas bumi mencapai 20,69 persen dan batu bara sebanyak 23,51 persen.

Kepala Bidang Energi Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumsel, Aryansyah menjelaskan bauran energi merupakan gabungan energi primer yang terdiri minyak bumi, gas bumi, batu bara dan energi terbarukan yang dilihat dari sisi penggunaan energi dan penyediaan energi.

Load More