SuaraSumsel.id - Budi daya ikan memiliki tantangan mengenai efesiensi dan keberlanjutan. Tantangan ini coba dijawab Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Barokah & Tunas Makmur di Desa Sungai Gerong, Sumsel.
Pokdakan Tunas Makmur merupakan binaan dari Program CSR/TJSL Belida Musi Lestari nan diajak mengadopsi penggunaan maggot (larva lalat Black Soldier Fly) sebagai pakan alternatif.
Pada pelatihan budidaya manggot sebagai alternatif pakan ini, Dosen Peternakan dari Universitas Sriwijaya, Arfan Abrar, S.Pt., M.Si., Ph.D menjelaskan jika budidaya ikan, seperti patin, sering kali menghadapi tantangan besar terkait biaya pakan yang tinggi dan risiko kematian ikan signifikan.
Sebagai contoh, biaya pakan untuk 1.000 ekor patin selama tiga bulan bisa mencapai Rp 1,5 juta, dengan penggunaan sekitar 100 kilogram pelet. "Tingginya biaya ini mengurangi margin keuntungan, sementara risiko kematian ikan yang bisa mencapai 20 persen menambah beban bagi para pembudidaya," ujarnya pada pelatihan.
Baca Juga: Kinerja BUMD Sumsel Dipertanyakan, Banyak yang Rugi dan Tak Ada Aktivitas
Maggot merupakan sumber protein tinggi yang dapat menekan penggunaan pelet pabrikan hingga 30 persen yang berdampak membantu para pembudidaya mengurangi biaya pakan secara signifikan.
Peran Penting Maggot
Selama pelatihan, Arfan memberikan penjelasan mendalam tentang cara budidaya maggot dan pengolahannya menjadi pelet ikan.
Peserta juga belajar tentang cara menghitung efisiensi anggaran, yang memungkinkan mereka untuk lebih bijak dalam mengelola biaya produksi.
Saat ini, komposisi pelet berbahan dasar maggot yang dihasilkan oleh Pokdakan Tunas Makmur sedang menunggu hasil uji laboratorium, terutama terkait kandungan proteinnya.
Baca Juga: Kolaborasi Bank Sumsel Babel dan MNC Bank Teken MoU, Tingkatkan Potensi Bisnis
Jika kadar protein mencapai 30 persen atau lebih, pelet ini akan sangat cocok digunakan untuk ikan patin dan lele, yang merupakan alternatif pakan yang lebih ekonomis nan juga berkualitas tinggi.
Berita Terkait
-
Kasus Bikin Konten Rendang Hilang, Polisi Periksa Pelapor Willie Salim
-
Gubernur Herman Deru Buka Rakor Forkopimda Se-Sumsel
-
KPI Segera Uji Coba Produksi Bioavtur Berbahan Minyak Jelantah
-
Gercep Antisipasi Arus Mudik Lebaran, Herman Deru Cek Jalur Tol Alternatif Palembang-Betung
-
Jejak Pendidikan Umi Hartati: Sarjana Ekonomi hingga Ketua Komisi yang Ditahan KPK
Tag
Terpopuler
- Mudik Lebaran Berujung Petaka, Honda BR-V Terbakar Gara-Gara Ulang Iseng Bocah
- Persija Jakarta: Kalau Transfer Fee Oke, Rizky Ridho Mau Ya Silahkan
- 3 Pemain Liga Inggris yang Bisa Dinaturalisasi Timnas Indonesia untuk Lawan China dan Jepang
- Pemain Kelahiran Jakarta Ini Musim Depan Jadi Lawan Kevin Diks di Bundesliga?
- Infinix Hot 50 vs Redmi 13: Sama-sama Sejutaan Tapi Beda Performa Begini
Pilihan
-
BREAKING NEWS! Daftar 23 Pemain Timnas Indonesia U-17 di Piala Asia U-17 2025
-
Terungkap! MisteriHilangnya Oksigen di Stadion GBK Saat Timnas Indonesia vs Bahrain
-
Tolak Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Ini Bakal Setim dengan Cristiano Ronaldo
-
Kisah Heroik Sugianto, WNI yang Jadi 'Pahlawan' dalam Tragedi Kebakaran Korea Selatan
-
Kabar Duka! Legenda Persebaya Putut Wijanarko Meninggal Dunia
Terkini
-
Debat Paslon PSU Pilkada Empat Lawang Dipindah ke Palembang, Ada Apa?
-
Viral Bupati Pali Emosi Saat Sholat Id: Air PAM Mati, Rumah Pribadi Terdampak
-
7 Alasan Lebaran di Palembang Selalu Spesial dan Penuh Keunikan
-
Drama Rendang Willie Salim Memanas: Desak Ratu Dewa Minta Maaf ke Warga
-
Dua Sultan Palembang Berbeda Sikap soal Adat Tepung Tawar untuk Willie Salim