Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Minggu, 16 Oktober 2022 | 15:38 WIB
Rumah kuno masyarakat Basemah Lahat Sumsel. Lahat Sumsel Pamerkan Arsitektur Rumah Kuno Basemah [ist]

"Di Desa Pajar Bulan Kecamatan Mulak Ulu tim fokus mengunjungi ghumah baghi milik Pokbi Lord Exnan B.F, S.H. yang berada dekat sekolah SD berjarak sekitar 150 meter dari jalan lintas Kota Agung–Semendo Perbedaannya adalah adanya bangunan yang disebut Beruge pada bagian belakang ghumah baghi. Ruang beruge atau garang merupakan ruang pertama yang diijumpai ketika menaiki tangga rumah. Ruang ini berperan sebagai teras rumah dan juga dapur. Pada acara adat ruangan ini berperan sebagai tempat duduk bagi kelas pekerja atau buruh," terang ia.

Pada bagian depan ghumah bagi ada penambahan teras dan pada bagian bawahnya ada satu ruang dengan kontruksi batu bata.

"Untuk mempertahankan keaslian dan pelestarian ghumah baghi ini sebaiknya bangunan tambahan apalagi berupa kontruksi batu bata atau bahan lainnya yang tidak selaras dengan kontruksi ghumah baghi agar dapat dihindari dan dibongkar," ujar ia.

Nasib ghumah baghi di Desa Pajar Bulan juga mempunyai nasib yang sama dengan Desa Geramat dan beberapa desa lainnya di Kecamatan Mulak Ulu seperti Desa Lesung Batu, Air Puar dan Mengkenang.

Baca Juga: Cuaca Sumsel di Akhir Pekan: Sejumlah Wilayah Bakal Hujan Hingga Dini Hari

Dari Desa Sukarame melintasi Desa Lawang Agung, Karang Endah, Pandan Ara Hulu, Kebun Jati, Bintuhan dan setelah masuk desa Singapure setelah ada pertigaan lalu belok ke arah kiri dan terus mengikuti jalan ini sekitar 1 km maka terlihat ghumah baghi di sebelah kanan dan di sebelah kiri jalan ada lagi sebuah ghumah baghi yang telah di cat warna kuning dan putih dengan atap sudah berubah bentuk.

"Tepat di bagian belakang ghumah baghi ini satu tengkiang berada," kata Mario.

Di Desa Gunung Liwat ini tim lebih fokus melihat Tengkiang. Dari informasi yang tim dapat bahwa di Desa Gunung Liwat masih ada 4 tengkiang dengan keberadaan 2 di desa dan 2 di tepi sawah, tim melihat tengkiang di belakang ghumah baghi dan di belakang rumah kepala desa. Tengkiang adalah sebuah bangunan dengan ukuran 3x3 meter yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil panen padi.

"Tengkiang dibangun dengan kontruksi tertentu dan terpenting adalah agar hasil panen padi tidak diganggu oleh hama seperti tikus. Kontruksi tengkiang mulai dari bawah tiang penyanggah diletakkan di atas batu seperti kontruksi ghumah baghi dengan maksud agar kayu penyanggah tidak dimakan rayap," sambung ia.

Tepat di atas tiang penyanggah dipasang papan agar tikus tidak dapat naik ke bagian bangunan utama tengkiang, hal ini yang membuat hasil panen padi aman dari serangan hama tikus. Lantai tengkiang terbuat dari bilah bambu, lantai berbahan bambu berfungsi agar padi selama dalam penyimpanan cepat mengering dan tidak dimakan rayap serta busuk sehingga bisa bertahan lama.

Baca Juga: Kasus DBD di OKU Sumsel Naik Signifikan, Ini Penyebabnya Versi Diskes

Bagian dinding dari bilah bambu dengan kontruksi tiang dari kayu, bagian atap dari seng dengan bentuk lancip seperti kontruksi ghumah baghi.

Load More