SuaraSumsel.id - Jumlah penderita HIV/AIDS di Sumsel dibenarkan semakin mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi di kota Palembang, Sumatera Selatan. Hal ini disebabkan ibukota Provinsi Sumsel yaitu Palembang menjadi kota yang paling rentan terkena penularan HIV/AIDS.
Direktur Lembaga Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Provinsi Sumsel yaitu Nindi Nupita mengungkapkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel per Januari-Juni 2022 sudah bertambah 112 orang.
"Setiap tahunnya kasus HIV/Aids ini terus meningkat. Untuk tahun 2021 saja total di Sumsel sudah mencapai 4.000 lebih kasus HIV/AIDS berdasarkan data Dinkes Provinsi Sumsel,” tutur Nindi kepada Suara.com, Jumat (2/9/2022).
Nindi menjelaskan bahwa kota Palembang adalah kota transit, di mana seluruh penduduk bisa saja tinggal di kota ini.
Baca Juga: Usut Dugaan Korupsi Proyek Batu Bara di BUMD Pemprov Sumsel, KPK Sudah Targetkan Tersangka
"Sehingga tidak heran jika kasus HIV/AIDS di kota Palembang jauh lebih tinggi daripada kasus di Kabupaten/Kota lain di Sumsel," sambung dia.
“Apalagi Palembang ini kota yang penduduknya banyak, tempat/-tempat hiburannya juga lumayan banyak sehingga berbagai macam orang ada disini. Jadi sebenarnya yang mempengaruhi itu perilaku masyarakatnya sendiri, kalau tingkat kesadaran masyarakatnya masih rendah ya tidak menutup kemungkinan Palembang bisa jadi kota yang rentan penularan virus HIV/AIDS,” terang Nindi.
Nindi melanjutkan jika saat ini virus HIV/AIDS tidak hanya menyerang pada kelompok-kelompok yang beresiko tertular HIV/AIDS seperti kelompok heteroseksual, homoseksual, PSK, pengguna Narkoba dan sebagainya.
“Perlu diingat bahwa semua masyarakat dengan perilaku seksual yang tidak sehat bisa saja rentan beresiko tertular virus tersebut, hal ini disebabkan dari orang yang suka gonta ganti pasangan atau tidak menggunakan pengaman bagi yang belum menikah bahkan penggunaan jarum suntik secara bersama-sama,” jelas Nindi.
Nindi menyebutkan bahwa dari jumlah data yang disebutkan, penduduk yang paling dominan adalah laki-laki dengan rentang usia produktif yaitu usia 20-39 tahun.
Baca Juga: Tragis! Santri di Sumsel Tikam Ustaz Saat Salat, Kesal Ditegur Merokok di Ponpes
“Makanya bagi yang sudah menikah cukup setia pada satu pasangan saja, bagi yang belum menikah kalau bisa untuk tidak melakukan perilaku yang beresiko tertular penyakit HIV/AIDS atau seks bebas, serta tidak menggunakan jarim suntik secara berbarengan,” tegas Nindi.
Saat ini, menurut Direktur PKBI bahwa pemerintah harus terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat tentang bahaya virus HIV/AIDS.
“Karena semakin tahun khususnya di Palembang semakin bertambah. Maka peran pemerintah adalah terus melakukan upaya edukasi dan sosialisasi pada masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat karena ini adalah tanggung hawab kita bersama, mulai dari pendidikan usia dini tentang apa itu HIV/AIDS dan bahayanya,” lanjutnya.
Obat HIV/AIDS dikatakan Nindi memang ada, namun fungsinya bukan sebagai penyembuh melainkan hanya untuk menekan jumlah virus yang ada dalam tubuh sehingga tidak cepat berkembang.
“Karena perlu dicatat bahwa HIV dan AIDS itu berbeda, HIV itu virus dan orang positif HIV itu belum tentu penderita tapi sudah pasti pengidap. Sedangkan AIDS itu kumpulan penyakitnya yang menyerang sistem kekebalan tubuh,” tegasnya.
Nindi berharap kepada masyarakat untuk merubah stigma negatif terhadap pengidap dan penderita HIV/AIDS agar tetap merangkul orang-orang yang positif HIV/AIDS.
“Harapan kami juga masyarakat harus sadar bahwa HIV itu bukan untuk ditakuti, tapi dihindari. Lalu merubah stigma masyarakat, jangan mendiskriminasi karena mereka yang terkena HIV belum tentu “orang” yang nakal. Bisa saja mereka juga adalah korban seperti istri yang telah lama ditinggal oleh suaminya kemudian melakukan hubungan dan tidak tahu bahwa suaminya ternyata positif HIV/AIDS jadilah tertular. Berikan support dan penguatan ketika mereka dinyatakan positif HIV/AIDS
Untuk sistem penularan HIV/AIDS dikatakan Nindi ada berbagai macam media seperti terkena darah dari yang positif dengan jumlah yang cukup, penggunaan jarum suntik secara bersamaan, melakukan seks bebas dengan yang positif dan tidak menggunakan pengaman bagi yang heteroseksual.
“Jadi yang perlu safety adalah orang yang sehat atau orang tidak terkena HIV/AIDS. Sehingga harapan kami adalah masyarakat dapat merubah perilaku seksualnya agar tidak mendekati perilaku yang beresiko untuk tertular HIV/AIDS,” sambung Nindi.
Berita Terkait
-
Tragis! Santri di Sumsel Tikam Ustaz Saat Salat, Kesal Ditegur Merokok di Ponpes
-
Kuota Tiket Laga Sriwijaya FC VS Semen Padang FC Pekan Depan Ditambah, Begini Cara Mendapatkannya
-
Penderita HIV/AIDS Ditemukan di 13 Kabupaten/Kota di Sumsel, Kota Palembang Terbanyak
-
Pemprov Sumsel Susun RAD Kelapa Sawit Berkelanjutan dengan Minimalisir Risiko Lingkungan
-
5 Fakta Polisi di Sumsel Gerebek Istri Bersama Mantan Pacar di Hotel: Sudah Lama Curiga
Tag
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas MPV 1500cc: Usia 5 Tahun Ada yang Cuma Rp90 Jutaan
- 5 Rekomendasi Pompa Air Terbaik yang Tidak Berisik dan Hemat Listrik
- Diperiksa KPK atas Kasus Korupsi, Berapa Harga Umrah dan Haji di Travel Ustaz Khalid Basalamah?
- 5 AC Portable Mini untuk Kamar Harga Rp300 Ribuan: Lebih Simple, Dinginnya Nampol!
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
Pilihan
-
Investor Ditagih Rp1,8 Miliar, Ajaib Sekuritas Ajak 'Damai' Tapi Ditolak
-
BLT Rp600 Ribu 'Kentang', Ekonomi Sulit Terbang
-
Usai Terganjal Kasus, Apakah Ajaib Sekuritas Aman Buat Investor?
-
Bocor! Jordi Amat Pakai Jersey Persija
-
Sri Mulyani Ungkap Masa Depan Ekspor RI Jika Negosiasi Tarif dengan AS Buntu
Terkini
-
5 Rekomendasi Desain Taman Depan Rumah Subsidi yang Estetis dan Hemat
-
STOP KREDIT! Ini Cara Beli Mobil Pertama Tanpa Riba dan Utang
-
Daftar 10 Link DANA Kaget Terbaru 4 Juli 2025, Cari Cuan Tetap Waspada Penipuan Saldo Digital!
-
Hemat Jutaan! Ini Dia Trik Jitu Bangun Rumah Tipe 36 dari Nol Tanpa Ngutang!
-
10 Merk TV Terbaik 2025, Gambar Jernih dan Tahan Lama!