Dengan lebih terbuka sebenarnya sudah bisa memasukkan ganja sebagai bagian obat keras dalam katagori medis. Dengan demikian penggunannya berada dalam pengawasan dokter secara terukur, peruntukkan dan petunjuk penggunaan atau SOP medis."Seberapa butuh, pasien tersebut bisa diketahui legal," terang Prof Yu.
Dorongan melegalkan juga berkaca dari situasi saat ini yang akhirnya menciptakan pasar gelap dengan harga tinggi. "Karena praktik di sejumlah negara, hal ini mampu mendidik masyarakat lebih sadar akan apa yang dipakai, apa yang dikonsumsi dan bagaimana dampak bagi kesehatannya" ujar Prof Yu.
Di dunia medis sendiri, sambung Prof Yu penggunaan obat-obat keras pun diatur berdasarkan peraturan medis. Misalnya di operasi besar, seperti operasi bagian tulang, dokter juga dibutuhkan obat opium.
"Denga semakin dilegalkan, maka akan lebih tertib. Negara menjadi tahu kebutuhan akan obat tersebut bagi masyarakatnya, bagaimana SOP yang seharusnya dijalankan," terangnya.
Baca Juga: Tata Niaga Bokar di Sumsel Picu Monopoli, KPPU: Dikendalikan Asosiasi
Ia pun menilai sudah saatnya, warga Indonesia cerdas mengenai kesehatan diri dan lingkungan. "Ya, tidak serta semua dilarang, dan akhirnya butuh biaya besar dalam pengendalian. Masyarakat harus diedukasi lebih cerdas. Di Amerika itu, dilegalkan dengan syarat ketat," kata Prof.
Ada juga, ia mencontohkan di masyarakat kawasan Gunung Fuji juga mengkonsumsi daun varietas atau sejenis ganja yang ternyata membuat warga menjadi lebih rentan atau kebal terhadap penyakit malaria. Semacam membentuk resisten kolektif.
"Penelitian-penelitian (manfaat tanaman) seperti ini harusnya makin ditingkatkan, bukan negara menyamaratakan dilarang dan merta tidak boleh," harapnya.
Berita Terkait
-
Tata Niaga Bokar di Sumsel Picu Monopoli, KPPU: Dikendalikan Asosiasi
-
Sumsel Jadi Proyek Cegah Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Klaster
-
Waduh! 11 Kades dan Kontraktor Ditahan Polda Sumsel, Kasus Korupsi Sarana Olahraga Kemenpora
-
Cuaca Sumsel di Akhir Pekan Ini, Berpotensi Diguyur Hujan Ringan
-
Anggota DPD RI, Fadhil Rahmi: Potensi Ganja untuk Medis di Aceh Sangat Besar, Kenapa Tidak?
Tag
Terpopuler
- Eks Pimpinan KPK: Ustaz Khalid Basalamah Bukan Saksi Ahli, Tapi Terlibat Fakta Kuota Haji
- Jahatnya Sepak Bola Indonesia, Dua Pemain Bidikan Persija Ditikung di Menit Akhir
- 5 Rekomendasi Bedak Tahan Air dan Keringat Murah: Anti Luntur Sepanjang Hari
- Klub Impian Masa Kecil Jadi Faktor Jay Idzes Terima Pinangan Aston Villa
- 6 Mobil Bekas 7 Seater Termurah: Nyaman untuk Keluarga, Harga di Bawah Rp 70 Juta
Pilihan
-
Diogo Jota Tewas di Jalanan Paling Berbahaya: Diduga Pakai Mobil Sewaan
-
Riau Bangga! Tarian Anak Pacu Jalur Viral Dunia, Ditiru Bintang PSG hingga Pemain AC Milan
-
Baru Jabat 4 Bulan, Erick Thohir Copot Dirut Bulog Novi Helmy Prasetya dan Disuruh Balik ke TNI
-
Resmi! Ramadhan Sananta Gabung ke Klub Brunei Darussalam DPMM FC, Main di Liga Malaysia
-
CORE Indonesia: Ada Ancaman Inflasi dan Anjloknya Daya Beli Orang RI
Terkini
-
Motivasi Langsung dari Gubernur, Ini Pesan Herman Deru untuk Generasi Muda Sumsel
-
Makin Mudah! Ini 7 Titik Pengisian Mobil Listrik di Tol Sumatera Selatan 2025
-
Biar Tahan 10 Tahun, Ini 6 Cara Merawat Baterai Mobil Listrik yang Benar
-
Lebih Nyaman atau Lebih Sexy? Ini Bedanya Push-Up Bra dan Bralette 2025
-
Dapat Saldo Dadakan! Klaim Sekarang 5 Link DANA Kaget Terbaru