SuaraSumsel.id - Pembuat kain tradisional daerah Kain Songket Palembang saat ini lebih didominasi generasi tua.
Kepala Dinas Perindustrian Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) Ernila Rizar mengatakan kondisi ini cukup memprihatinkan mengingat semakin sedikit yang memiliki kepandaian dalam pembuatan kain songket ini.
“Ini sejak lama jadi perhatian kami, sehingga dalam beberapa tahun terakhir selalu dilakukan bimbingan teknis (bimtek) untuk pembuatan songket dengan mengajak anak-anak muda,” kata dia, Jumat (4/3/2022) dikutip dari ANTARA.
Ia mengatakan bimtek yang dilakukan secara berkala itu cukup mendapatkan respons positif dari generasi millenial.
Sejauh ini, Sumsel memiliki sentra pembuatan kain songket di Palembang, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur dan Ogan Ilir.
Selain itu, juga ada beberapa sentra baru yakni Ogan Komering Ilir (OKI), Musi Rawas dan Lahat.
“Justru di daerah baru ini muncul motif-motif baru songket, yang banyak diinisiasi oleh anak-anak muda,” kata dia.
Menenun kain songket membutuhkan teknik tersendiri karena setidaknya dibutuhkan waktu satu bulan untuk menyelesaikan satu lembar kain.
Sementara untuk mempelajari cara membuatnya dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), rata-rata dibutuhkan waktu satu hingga tiga bulan.
Baca Juga: Capaian Vaksinasi Booster di OKU Sumsel Baru 3,18 Persen
Kondisi ini terkadang membuat para generasi muda enggan untuk mempelajarinya. Sementara generasi tua mendapatkan kepandaian ini secara turun-temurun.
Bukan hanya untuk membuat kain Songket Palembang, persoalan berkurangnya generasi pembuat kain tradisional juga terjadi pada kain jumputan.
Sri Wahyuni, pelaku usaha kain jumputan di Lorong Sawah, Kelurahan Tuan Kentang, Palembang, Sumatera Selatan, mengatakan, saat ini pembuat motif titik tujuh-motif paling sulit dalam kain Jumputan Palembang hanya dilakukan para lanjut usia.
“Untuk buat motif titik tujuh ini dibutuhkan waktu satu minggu untuk per lembar kainnya, dan ini yang buat tidak ada anak muda yang bisa,” kata dia.
Tingkat kesulitan yang tinggi sehingga membuat generasi muda enggan mempelajari motif titik tujuh ini, sehingga lebih memilih ke motif kain yang lebih mudah pengerjaannya seperti motif lereng. (ANTARA)
Berita Terkait
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
-
Soal Klub Baru usai SEA Games 2025, Megawati Hangestri: Emm ... Rahasia
Terkini
-
8 Sedan Bekas untuk Tampil Berkelas dengan Budget Rp150 Jutaan
-
Kasus Korupsi Rp127 Miliar Pengusaha Haji Halim, Sejauh Mana Dakwaan Jaksa Diuji di Tipikor?
-
5 Aplikasi Emas Digital Terbaik Tahun Ini untuk Investasi Biaya Rendah bagi Pemula
-
Mengenal ASETI Sebagai Rumah Penari Sumsel yang Meneguhkan Kembali Peran Penjaga Tradisi
-
5 Warna Bedak untuk Tampilan Wajah Lebih Natural bagi Wanita Indonesia