Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Rabu, 16 Februari 2022 | 06:05 WIB
Jembatan Ampera, di Kota Palembang. [Fitria/Suara.com]

Berkemungkinan karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang kota ini menamakan kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan, sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus Melayu).

Sementara, menurut bahasa melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Sehingga kata Palembang, ialah penunjuk jika daerah/wilayah tersebut tergenang air.

Kondisi alam ini bagi nenek moyang orang-orang Palembang menjadi modal mereka untuk memanfaatkannya. Air menjadi sarana transportasi yang sangat vital, ekonomis, efisien dan punya daya jangkau dan punya kecepatan yang tinggi.

Selain kondisi alam, juga letak strategis kota ini yang berada dalam satu jaringan yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan wilayah:

Baca Juga: Pelaku Bisnis Pelayaran di Sumsel Keluhkan Kelangkaan Kontainer

  1. Tanah tinggi Sumatera bagian Barat, yaitu : Pegunungan Bukit Barisan.
  2. Daerah kaki bukit atau piedmont dan pertemuan anak-anak sungai sewaktu memasuki dataran rendah.
  3. Daerah pesisir timur laut.

Fktor setempat yang sangat mementukan pembentukan pola kebudayaan yang bersifat peradaban. 

Faktor setempat ini yang membuat Palembang menjadi ibukota Sriwijaya, yang merupakan kekuatan politik dan ekonomi di zaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kejayaan Sriwijaya diambil oleh Kesultanan Palembang Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani di kawasan Nusantara.

Pada masa kesultanan Palembang, ibu kota provinsi Sumatera Selatan ini menjadi pusat pemerintahan, benteng pertahanan, pusat ibadah, makam raja-raja Palembang, penataan tata ruang kota, dan pembangunan wilayah lainnya seperti klenteng, rumah limas, industri rumah tangga dan industri kecil.

Penduduk asli Kota Palembang ialah orang Melayu Palembang dan menggunakan bahasa Melayu yang telah disesuaikan dengan dialek setempat.

Warga dari luar Kota Palembang juga menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari, seperti bahasa Komering-Lampung, Melayu Rawas, Melayu Musi (Sekayu), Melayu Pasemah, Melayu Lintang, Melayu Ogan, Melayu Lematang dan Melayu Semende. Pendatang dari luar Sumatra Selatan atau bahkan luar pulau Sumatera kadang-kadang juga menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari.

Baca Juga: Kabur dari Penjara, Joko Jalan Kaki dari Jambi ke Sumsel Selama 3 Bulan

Untuk berkomunikasi dengan warga Palembang lain, penduduk umumnya menggunakan bahasa Melayu Palembang sebagai bahasa pengantar sehari-hari.

Load More