Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Kamis, 15 Juli 2021 | 16:26 WIB
Suku Mampur saat berlayar [Kenedy/Suara.com] Suku ini pantang menghitung orang yang sakit dan meninggal

SuaraSumsel.id - Suku Mapur atau Suku Lom, salah satu suku tertua di Pulau Bangka, Kepulauan Bangka dan Belitung. Suku ini punya pantangan, untuk menghitung jumlah penyakit, atau keluarga yang meninggal dunia.

Hal itu dinyakini akan menambah penyakit lainnya atau jumlah mereka yang meninggal dunia.
 
“Mungkin kita sekarang ini mengumumkan mereka yang menjadi korban (terpapar) Corona atau yang meninggal dunia, sehingga Corona ini terus menyerang kita (Indonesia),” kata Sukardi (51), Tokoh adat Dusun Tuing, Desa Mapur, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, yang masih keturunan Suku Mapur, Minggu (11/07/2021) lalu.
 
Dahulu, kata ia, para orangtua Suku Mapur sangat melarang seseorang menghitung terkait penyakit atau kematiananggota keluarga, misalnya menghitung orang sakit, jumlah penyakit, serta jumlah orang yang meninggal dunia.
 
“Kami percaya jika kita menghitung demikian itu, sama dengan mendahului kehendak Tuhan. Sakit dan meninggal dunia itu merupakan hak Tuhan. Kalau mendahului hak Tuhan, maka Tuhan bisa membuktikan yang tidak kita perkirakan. Sebaiknya, kita terus berusaha berobat dan berdoa,” katanya.

Ilustrasi Rempah Bahan Minuman Herbal (Pixabay/ExplorerBob)


 
Selain itu, suku Mapur juga harus percaya jika semua penyakit memiliki obatnya. “Kecuali musibah. Semua tanaman di muka bumi dapat dijadikan obat,” kata ia.
 
Sukardi menyinggung terkait kebijakan Pemerintah mengumumkan pasien Covid-19 di media massa dan media sosial.
 
“Sebaiknya jumlah pasien Corona termasuk yang meninggal dunia janganlah diumumkan. Justru terus dikabarkan bagaimana caranya menghindari corona, vaksin, atau adanya kemungkinan makanan atau minuman yang dijadikan obat Corona,” katanya.
 
Sebagai informasi, sejumlah suku tua di Pulau Bangka, seperti Suku Mapur, Suku Jerieng, Suku Maras, dan lainnya, juga berpengetahuan pengobatan herbal yang memanfaatkan flora dan fauna di hutan.

Kontributor : Humaidy Kenedy

Baca Juga: Gubernur Bangka Belitung Tak Hadir, Nelayan Tinggalkan Kapal Isap Timah

Load More