SuaraSumsel.id - Kehadiran musik melayu dinyakini dipengaruhi oleh kondisi geografisnya. Misalnya, masyarakat Melayu cendrung lebih dekat secara topografi dengan Malaysia, Singapura, Riau, Aceh hingga negara Thailand.
Sedangkan pada abad ke 11 Semenanjung Melayu bagian Asia Tenggara khususnya, mengalami globalisasi lebih awal juga dinyakini memperngaruhi perkembangan musik Melayu.
Hal ini dibahas dalam rangkaian Festival Bulan Juni di Palembang, Rabu (16/6/2021), Penulis Ryllian Chandra membedah buku karyanya "Musik Melayu Palembang Sebuah Ruang Representasi dan Aktualisasi Tradisi".
Menurut ia, adanya interaksi sosial dengan orang asing seperti halnya Portugis, India sampai Afrika akibat perdagangan menyebabkan terjadinya akulturasi atau pencampuran budaya.
“Musik Melayu dominan vokal, cerita-cerita yang disenandungkan berkenaan dengan masa mudanya hinga leluhur. Mulai ada rima dan iringan lagu ialah percampuran berbagai negara. Ritmenya itu muncul dari campuran orang Portugis, iringan alat musik senar diadopsi dari negara Eropa," terang ia.
Pada dasarnya Musik Melayu Palembang merupakan hasil campuran antar kultur yang menghasilkan ragam kesenian.
Kesultanan Palembang saat itu terlalu sibuk dengan konflik militer dan politik dan seakan tidak ada waktu untuk mengembangkan kesenian.
"Efeknya Palembang jadi kota yang terbuka karena tidak ada entitas budaya dominan, tidak ada pula tradisi yang baku asli milik Palembang," akunya.
Misalnya, Dul Muluk.
Kemunculan Dul Muluk yang dianggap teater tradisional dilandasi dari hadirnya teater bangsawan.
Baca Juga: Wilayah Zona Merah di Sumsel Bertambah, Kini Palembang dan Muaraenim Zona Merah
Berasal dari naskah Raja Ali Haji dari kepulauan Riau yang menulis cerita fantasi Sultan Abdul Muluk yang kemudian dibawa ke Kota Palembang.
Awalnya hanya dibacakan secara lisan kemudian masuk juga teater bangsawan yang menginspirasi naskah tersebut dijadikan pertunjukkan seni peran.
"Tidak hanya di Palembang daerah lain juga ada semacam teater Dul Muluk tetapi banyak yang melakukan modifikasi," ujarnya
Sementara untuk alat musik kesultanan Palembang, juga ada gamelan yang dibawa ke Palembang dan merupakan tradisi kesultanan Demak.
“Maka dari itu, Kultur Kesultanan Palembang banyak terpengaruh dari kesultanan Demak tersebut. Pada tahun 2018-2019, terdapat kelompok musik Melayu yang paling aktual bernama Semak Belukar,” katanya.
Kontributor: Fitria
Berita Terkait
-
Bakal Dipasang Stiker Khusus, Parkir di Minimarket Alfamart dan Indomaret Gratis
-
Bawa 3 Kg Sabu, Dua Pria Riau Dihukum 19 Tahun dan 20 Tahun Penjara
-
Wilayah Zona Merah di Sumsel Bertambah, Kini Palembang dan Muaraenim Zona Merah
-
Usia Palembang Ada Dua Versi, Tahun 2021 Ialah HUT ke 1338 atau ke 1339?
-
Menilik Pengerajin Tenun Khas Palembang, Alat Tenun Tajung dan Blongsong
Terpopuler
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
Pilihan
-
Stanley Matthews: Peraih Ballon dOr Pertama yang Bermain hingga Usia 50 Tahun
-
Jordi Amat Tak Sabar Bela Timnas Indonesia Hadapi Arab Saudi
-
Hasil BRI Super League: Persib Menang Comeback Atas Arema FC
-
Malaysia Turunin Harga Bensin, Netizen Indonesia Auto Julid: Di Sini yang Turun Hujan Doang!
-
Drama Bilqis dan Enji: Ayu Ting Ting Ungkap Kebenaran yang Selama Ini Disembunyikan
Terkini
-
Pintu Mobil Dikunci, Mahasiswi Jadi Korban Predator Sopir Travel: Saya Merasa Terancam!
-
Internet HP Lemot Bikin Emosi? Jangan Cuma Pasrah! Ini Trik 'Reset' Koneksi dalam 1 Menit
-
Ngaku Hartanya Minus, Eks DPRD yang Ajak 'Rampok Negara' Kini Pamer Gaji Pertama Rp200 Ribu
-
Dari Nanas Segar ke Produk Olahan, Pedagang Ini Sukses dengan KUR BRI
-
Akhir Drama Wali Kota Arlan dan Kepsek Roni Saling Memaafkan tapi Sang Anak Pindah Sekolah