Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Kamis, 17 Juni 2021 | 10:58 WIB
Penulis buku musik melayu Palembang [FItria/Suara.com] Musik Melayu, Inovasi Campuran Ragam Kultur

SuaraSumsel.id - Kehadiran musik melayu dinyakini dipengaruhi oleh kondisi geografisnya. Misalnya, masyarakat Melayu cendrung lebih dekat secara topografi dengan Malaysia, Singapura, Riau, Aceh hingga negara Thailand.

Sedangkan pada abad ke 11 Semenanjung Melayu bagian Asia Tenggara khususnya, mengalami globalisasi lebih awal juga dinyakini memperngaruhi perkembangan musik Melayu.

Hal ini dibahas dalam rangkaian Festival Bulan Juni di Palembang, Rabu (16/6/2021), Penulis Ryllian Chandra membedah buku karyanya "Musik Melayu Palembang Sebuah Ruang Representasi dan Aktualisasi Tradisi".

Menurut ia, adanya interaksi sosial dengan orang asing seperti halnya Portugis, India sampai Afrika akibat perdagangan menyebabkan terjadinya akulturasi atau pencampuran budaya.

Baca Juga: Wilayah Zona Merah di Sumsel Bertambah, Kini Palembang dan Muaraenim Zona Merah

“Musik Melayu dominan vokal, cerita-cerita yang disenandungkan berkenaan dengan masa mudanya hinga leluhur. Mulai ada rima dan iringan lagu ialah percampuran berbagai negara. Ritmenya itu muncul dari campuran orang Portugis, iringan alat musik senar diadopsi dari negara Eropa," terang ia.

Pada dasarnya Musik Melayu Palembang merupakan hasil campuran antar kultur yang menghasilkan ragam kesenian.
Kesultanan Palembang saat itu terlalu sibuk dengan konflik militer dan politik dan seakan tidak ada waktu untuk mengembangkan kesenian.

"Efeknya Palembang jadi kota yang terbuka karena tidak ada entitas budaya dominan, tidak ada pula tradisi yang baku asli milik Palembang," akunya.

Misalnya, Dul Muluk.

Kemunculan Dul Muluk yang dianggap teater tradisional dilandasi dari hadirnya teater bangsawan.

Baca Juga: Saat Digiring dan Ditahan, Mantan Sekda Sumsel Masih Genggam Ponsel

Berasal dari naskah Raja Ali Haji dari kepulauan Riau yang menulis cerita fantasi Sultan Abdul Muluk yang kemudian dibawa ke Kota Palembang.

Awalnya hanya dibacakan secara lisan kemudian masuk juga teater bangsawan yang menginspirasi naskah tersebut dijadikan pertunjukkan seni peran.

"Tidak hanya di Palembang daerah lain juga ada semacam teater Dul Muluk tetapi banyak yang melakukan modifikasi," ujarnya
Sementara untuk alat musik kesultanan Palembang, juga ada gamelan yang dibawa ke Palembang dan merupakan tradisi kesultanan Demak.

“Maka dari itu, Kultur Kesultanan Palembang banyak terpengaruh dari kesultanan Demak tersebut. Pada tahun 2018-2019, terdapat kelompok musik Melayu yang paling aktual bernama Semak Belukar,” katanya.

Kontributor: Fitria

Load More