SuaraSumsel.id - Secara turun temurun menjalankan usaha keluarga, Udin Abdillah kini telah menjadi generasi ketiga sebagai pengrajin tenun Tajung dan Blongsong. Sejak tahun 1984, ia terjun langsung mulai pewarnaan benang hingga menjadi kain utuh.
Salah satu proses penting dalam membuat kain khas Sumsel ini ialah menenun.
Udin bersama 25 pekerjannya menyatukan benang dengan bantuan alat tenun yang diberi nama Alat Tenun Bukan Mesin alias ATBM. Riuh suara alat tenun seolah saling bersautan di dalam sebuah ruangan bernama Centra Tenun Tajung milik Udin.
Setidaknya diperlukan dua sampai tiga hari pengerjaan menyelesaikan satu helai kain. Sedangkan proses utuh dari awal hingga akhir memakan waktu sampai 25 hari lamanya.
“Prosesnya panjang, jika sudah sampai tahap penenuan berarti sudah 70 persen usai,”katanya kepada Suarasumsel.id, belum lama ini.
Meskipun butuh waktu berhari-hari, Udin tidak berniat untuk beralih menggunakan alat tenun mesin atau ATM yang lebih cepat dan canggih menggantikan ATBM yang telah ia pakai puluhan tahun.
Menurutnya menggunakan alat tenun bukan mesin merupakan salah satu warisan teknik tenun yang ingin ia pertahankan.
“Inilah kita menjadi unik dan dikenal dunia. Jika menggunakan mesin, bagi negara-negara maju bukan lagi suatu keistimewaan. Selain kain tajung dan blongsongnya, metode dan teknik juga warisan budaya yang terus ingin kami pertahankan,”ungkapnya.
Menenun menggunakan alat mesin bukan mesin membuat kain lebih ekslusif.
“Zaman nenek saya, orang tua sambil duduk lesehan benangnya membuat sendiri dari kapas, dulu bisa 10 hari selesainya. Dilihat cukup rumit jadi dimodifikasi dengan ATBM lebih nyaman dalam bekerja dan lebih cepat meskip tidak secepat mesin,” kata ia.
Rata-rata pekerja di Centra Tenun Tajung yang terletak di Jalan Aiptu A Wahab, Keluruhan Tuan Kentang, Kecamatan Jakabaring, Palembang ini merupakan tetangga dan warga sekitarnya.
Dalam pembuatan kain, setiap orang memiliki tugas berbeda-beda, anak-anak terlihat memintal benang, ibu-ibu memberi warna untuk membuat motif dan sebagian lain bersama laki-laki melakukan penenunan.
“Anak-anak saat covid-19 saja di sini, mereka sekolah online jadi untuk mengisi hari mereka, agar ada tambahan uang jajan sekaligus mempelajari warisan budaya agar tetap ada pada generasi berikutnya,” bebernya.
Berbagai tahap dilewati dalam proses pembuatan Kain Tajung dan Blongsong, mulanya pewarnaan benang, pembuatan motif dengan membariskan benang-benang.
Setelahnya, tahap benang dipelintir menjadi limar dengan warna tekstil,
“Membuat motif-motif khas Palembang pada tahap ini namanya tenun Cecep sedangkan kalau di Jawa tenun ikat, benangnya dijemur hingga kering selama tiga hari,”jelasnya.
Belum usai, benang tersebut dipisahkan kemudikan diletakan dipalet-palet pengering benang. Benang ini dari berbahan dasar katun agar daya resapnya bagus, tidak sama dengan benang jahit di rumah. Selanjutnya barulah benang bisa ditenun, menyulap barisan benang menjadi kain bermotif.
Tak hanya menjadi bahan tajung, centra kain tajung Udin juga menenun untuk bahan pakaian.
Harga kain dengan ukuran 2,5 meter dijual Rp 200.000-Rp 225.000 tergantung tingkat kerumitan, yang paling mahal kain dari sutra harganya mulai dari Rp 250.000.
“Di sini masih murah karena kita pengrajin, misalnya ada yang mengeluhkan harga kita ajak melihat langsung prosesnya agar menghargai pembuatannya yang rumit sekali karena dipintal helai demi helai,”tutupnya.
Kontributor: Fitria.
Berita Terkait
-
Heboh Mobil Sedan Terbakar di SPBU Sudirman Palembang
-
Palembang Kini Punya Kampung Bahari Nusantara di Tepian Sungai Ogan
-
Tiga Pekan Dioperasionalkan, 83 Warga Dirawat di Wisma Atlet Palembang
-
Terancam RKHUP, Tukang Gigi di Palembang: Padahal Kami Butuh Pembinaan
-
Kasus Suap Proyek, Bupati Muara Enim Nonaktif akan Disidang di PN Tipikor Palembang
Terpopuler
- 9 Potret Rumah Eko Patrio Seharga Rp150 Miliar, Ada Rooftop Pool di Lantai 4
- Kronologi Penangkapan Mahasiswa Unri Khariq Anhar di Jakarta
- Rumah Ahmad Sahroni Dijarah Massa, Bocah Pamer dapat Jam Tangan Rp 11 Miliar
- Pencabutan Artikel 'Ahmad Sahroni Minta Maaf...'
- Eko Patrio dan Uya Kuya Resmi Mundur dari Anggota DPR RI
Pilihan
-
Tokoh Budaya Solo Kecam Aksi Perusakan: Ini Mencoreng Kota Budaya
-
Bukan Mees Hilgers, Klub Prancis Boyong Pemain yang Namanya Sunda Banget!
-
Dari Kerudung Pink hingga Jaket Ojol: Kisah di Balik 3 Warna yang Mengguncang Aksi Demo di Indonesia
-
Dikabarkan Sudah Memberi Surat ke Prabowo di Hambalang, Ini Dampaknya jika Sri Mulyani Mundur
-
Investor Wajib Waspada! OJK Imbau Jangan Telan Mentah-mentah Rumor Unjuk Rasa
Terkini
-
5 Hal Penting dari Demo Mahasiswa di Palembang: Ribuan Massa, Penyusup Bersenjata, hingga Tersangka
-
Hore! Dana Kaget Awal Bulan, 10 Link Jadi Rezeki Nomplok Bikin Senyum Lebar
-
Kolaborasi Bank Sumsel Babel dan Pemprov Sumsel: Bagi-Bagi Beras untuk Driver Online
-
Mereda Seketika! Momen Ketua DPRD Sumsel 'Taklukkan' Mahasiswa dari Mobil Komando
-
Tanggal Muda Makin Manis! Dana Kaget Awal Bulan Cair untuk yang Beruntung